|
SUKOHARJO - Musim kemarau menyebabkan ribuan warga di tiga kecamatan kekurangan air bersih. Untuk mencukupi kebutuhan air, mereka hanya mengandalkan pengedropan air dari PDAM. Warga yang mengeluhkan kekurangan air itu ada di 27 dukuh yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Weru, Tawangsari, dan Bulu. Ketiga wilayah tersebut setiap kemarau selalu kekurangan air bersih. Untuk mendapatkannya, warga terpaksa berjalan belasan kilometer sumber air terdekat. Itu pun, mereka harus rela antre. Tandon air bersih yang menampung air hujan pun sudah lama kering. ''Sudah biasa. Setiap kemarau warga di sini selalu kekurangan air bersih,'' ujar Tomo (49), warga Desa Alasombo, Kecamatan Weru. Untuk menghemat, warga hanya mandi sekali setiap hari. Mereka lebih mementingkan kebutuhan air untuk ternak, seperti kambing dan sapi. Warga yang mampu membeli air Rp 50.000 - Rp 75.000 per tangki dengan kapasitas 4.000 liter. Harga yang dipatok pemasok air bersih dihitung berdasarkan jauh dekatnya. ''Kalau saya, jelas tidak kuat membeli air dengan harga setinggi itu. Ya, harus rela antre di sumber air atau mengandalkan pengedropan air bersih dari pemerintah walaupun datangnya tidak bisa dipastikan,'' ucap warga lainnya, Wito (56). Sementara itu, Direktur PDAM Sukoharjo Martono didampingi Kakan Humas Informasi dan Komunikasi Sudjoko mengemukakan, ketiga wilayah tersebut merupakan daerah langganan rawan air bersih. Setiap musim kemarau, dipastikan warga meminta bantuan pengedropan air bersih. Untuk membantu warga, pihaknya telah menyiapkan tiga mobil tangki. ''Ada 27 dukuh di tiga kecamatan tersebut yang menjadi sasaran,'' ujarnya. Untuk wilayah Weru, setiap minggu didrop delapan tangki dengan kapasitas masing-masing 4.000 liter air bersih. ''Memang tidak cukup karena keterbatasan jumlah kendaraan. Kebutuhan minimal warga di sana 24 tangki/minggu. Beruntung, warga cukup pengertian sehingga tidak saling berebut. Intinya, semua tetap memperoleh bantuan.'' (G10-50j) Post Date : 14 September 2006 |