|
INDRAMAYU -- Krisis air bersih akibat musim kemarau yang panjang tahun ini, masih terjadi di Kabupaten Indramayu. Sedikitnya, 800 kepala keluarga di Blok Bondol, Desa Brondong, Kecamatan Pasekan, bahkan terpaksa menjebol pipa PDAM di rumahnya masing-masing. Berdasarkan pemantauan Republika, Jumat (17/11), hampir seluruh pelanggan PDAM di Blok Bondol, menjebol pipa PDAM yang terdapat di sekitar meteran air. Hal itu dilakukan warga dengan harapan bisa mendapat tetesan-tetesan air dari pipa PDAM. Namun ternyata, upaya tersebut tetap sia-sia. Salah seorang warga, Mursiyah (40 tahun), menjelaskan, krisis air bersih yang parah mulai terjadi sejak satu bulan lalu. Saat itu, sambung dia, air PDAM hanya bisa mengalir sekitar pukul 22.00 - 04.00 WIB. ''Dan sejak setengah bulan yang lalu, tidak ada setetes air pun yang bisa ke luar dari pipa PDAM, meski kami telah menjebolnya,'' kata Mursiyah saat ditemui di rumahnya di Blok Bondol, Jumat (17/11). Untuk kebutuhan minum, lanjut Mursiyah, warga terpaksa membeli air dalam galon. Sedangkan untuk mandi dan mencuci, imbuh dia, warga terpaksa menggali sejumlah sumur di pinggiran sungai yang telah kering airnya. Kondisi air dari sumur-sumur dadakan itu ternyata sangat buruk. Meski tidak berasa asin, namun warna air tampak keruh dan berwarna kecoklat-coklatan. Warga lainnya, Sardi (45) menjelaskan, tidak semua lahan di blok tersebut bisa dibuat sumur yang menghasilkan air dengan kualitas baik. Karenanya, ungkap dia, warga harus berulangkali menggali sumur di sejumlah lahan. ''Kita menggali lahan dengan coba-coba. Kalau ternyata air yang ke luar itu bagus, kita teruskan. Tapi kalau tidak, kita cari lahan yang lain,'' papar Sardi. Menurut Sardi, jika ada sumur yang menghasilkan kualitas air yang lumayan baik, maka warga lainnya akan ikut pula mengambil air di tempat itu. Maka tak heran, di sumur tersebut kerap terjadi antrean warga terutama di pagi hari. Meski krisis air bersih sudah sedemikian parah, namun ternyata belum ada upaya pemberian bantuan dari pihak PDAM Kabupaten Indramayu secara rutin. Mursiyah mengatakan, sekitar satu bulan yang lalu, PDAM memang pernah menyalurkan air sebanyak empat unit mobil tangki ke sentral penampungan PDAM. ''Tapi, kan tetap saja air itu tercatat di meteran dan tetap harus dibayar,'' tandasnya. Menurut Mursiyah, bantuan air secara gratis dari PDAM datang satu pekan yang lalu. Saat itu, sambung dia, warga berebut air bantuan yang hanya mencapai dua unit mobil tangki. ''Bahkan, tak jarang warga saling bertengkar untuk memperebutkan air bantuan tersebut,'' ujarnya. Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, belum diperoleh konfirmasi dari pihak PDAM Kab Indramayu.(lis ) Post Date : 18 November 2006 |