|
JAKARTA (Media): Hujan yang mengguyur kawasan Jakarta dan sekitarnya selama tiga hari terakhir menyebabkan banjir di sejumlah lokasi. Ribuan warga Ibu Kota mengungsi. Data yang ada menunjukkan sebanyak 9.701 warga Kampung Melayu mengungsi ke tiga posko yang disediakan Pemerintah Kota Madya Jakarta Timur. Lokasi tersebut, SD Santa Maria Fatimah, Rumah Sakit Hermina, dan Gedung Perguruan Tinggi Darul Islamiyah. "Di SD Santa Maria Fatimah disediakan empat tenda pengungsi, dapur umum, dan posko kesehatan dari PMI," kata kepala Penanggulangan Banjir Jakarta Timur Hout Silean, di Jakarta, kemarin. Dua perahu karet bermotor milik Brimob dan satu perahu karet dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) digunakan mengangkut warga yang terjebak genangan air di rumahnya. Camat Jatinegara Yusuf Riyanto menyebutkan, masih ada warga yang bertahan di rumahnya, dan tidak mengindahkan peringatan yang diberikan. "Ketinggian air di Kampung Melayu mencapai lima meter, jadi mereka harus diungsikan." Selain Kampung Melayu, dua kelurahan yang sebagian warganya mengungsi, yaitu di Cipinang Muara, tepatnya di RW 13, 14, dan 15 dengan 127 pengungsi dan ketinggian air mencapai 60 cm. Selain itu juga di Bidaracina RW 1-7, 11-16, sekitar 1.000 orang warga mengungsi, karena ketinggian air mencapai dua meter. Di kawasan Jakarta Barat, seperti Jl Daan Mogot dan Kawasan Cengkareng sejak pagi kemarin sudah terendam air. Di Jl Daan Mogot km 11 misalnya, sekitar pukul 11.30 ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Hal tersebut menimbulkan kemacetan sepanjang lebih dari satu kilometer baik dari Kalideres maupun Grogol. Sebagian besar wilayah di Jakarta Utara dilanda banjir dengan ketinggian mencapai satu meter. Banjir yang terjadi kemarin di seluruh kecamatan di sana, yakni di Kelapa Gading, Penjaringan, Tanjung Priok, Koja, dan Cilincing. Kawasan terparah di Kelurahan Kapuk Muara, tepatnya di Jl SMP 122, Jl Kapuk Raya, RW 01, 02, dan 03. Di kawasan ini, ketinggian air mencapai satu meter lebih. Namun, warga masih memilih tinggal di rumah dan belum mengungsi ke tenda-tenda darurat. Istana negara Menurut Gubernur Sutiyoso, Istana Negara terancam banjir akibat hujan terus mengguyur. Pintu air (PA) Manggarai terpaksa dibuka bila ketinggian arus mencapai 950 cm. Kemarin sore ketinggian air di PA Manggarai 930 cm, sehingga status Jakarta dari siaga III jadi II. ''Apa pun risikonya, bila tekanan arus air Ciliwung 500 meter kubik per detik dari ideal 350 dan ketinggian air di PA Manggarai 950 cm, PA harus dibuka. Kalau tidak, risiko lebih parah karena tanggul Kali Ciliwung bisa jebol dan Jakarta tenggelam. Saya rasa Bapak Presiden memaklumi bila sampai terjadi genangan sekitar Istana Negara dalam keadaan darurat,'' kata Sutiyoso usai meninjau kondisi PA Manggarai, Jakarta Selatan, kemarin. Bila PA Manggarai dibuka, kata Sutiyoso, airnya mengalir ke Kali Ciliwung dan Kota. Kalau tidak dibuka, bisa jebol karena tak kuat menahan derasnya aliran air dari hulu. Otomatis air masuk ke Ciliwung dan Kota, sehingga daerah Cikini dan Kali Pasir tergenang. Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Fodly Misbach mengatakan, aliran air Kali Ciliwung, Kali Mookevard, dan Banjir Kanal Barat (BKB) semakin deras dan naik ke permukaan. Warga Tanjung Duren, Jakarta Barat, mengungsi akibat luapan air Kali Sekretaris tidak tertampung Kali Gendong, sehingga menggenangi permukiman penduduk sekitar. Fodly menjelaskan, di sejumlah pintu air ketinggian terus naik di atas normal sampai kemarin sore. Tetapi, hingga pukul 19.30 WIB air permukaan Sungai Ciliwung Hulu di pengukuran air permukaan Pintu Air Bendung Katulampa (PABK) Tajur Kota Bogor semakin surut. Posisi air permukaan Sungai Ciliwung yang dari puncak masuk ke PABK Tajur hanya mencapai posisi 80 di papan mercu dengan debit air 83 meter kubik per detik, berarti masih batas normal. Penyebab banjir di Jakarta dan provinsi lainnya di Tanah Air disebabkan hilangnya daerah resapan air. Akibat beralih fungsinya kawasan resapan, air dalam kapasitas besar terus mengalir dalam waktu yang cepat ke tempat-tempat yang rendah. ''Air hujan dengan cepatnya terus mengalir tanpa ada yang mampu menghentikannya. Dan, prinsip dasar dari air ini, semakin besar areal terbuka, otomatis semakin besar pula air permukaan,'' tutur Deputi Menteri Lingkungan Hidup bidang Konservasi Sudariyono mengatakan hal tersebut ketika ditanya Media kemarin. Menurut Sudariyono, hilangnya daerah resapan air seperti hutan dan danau atau situ menjadi kawasan permukiman dan bisnis, menyebabkan jumlah air permukaan meningkat mendadak bila hujan terus menerus. (Ssr/DC/Ray/Yes/Ddn/J-1) Post Date : 20 Januari 2005 |