|
PEKANBARU (MI): Banjir beberapa hari terakhir di Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Riau, mengisolasi sebanyak 2.793 keluarga pada lima desa di daerah tersebut. Aktivitas warga menjadi lumpuh karena genangan air setinggi 1 meter menutup seluruh akses jalan baik masuk maupun keluar dari lima desa itu. "Akses keluar masuk melalui jalur darat tertutup karena genangan banjir. Warga dalam lima hari ini lebih memilih bertahan di rumah masing-masing," kata Camat Bonai Darussalam Herman Lopi kepada Media Indonesia, kemarin. Kelima desa yang terendam banjir, yakni Desa Teluk Sono, Desa Sontang, Desa Bonai, Desa Kasang Padang, dan Desa Kasang Mungkal. Hingga kemarin, ketinggian air pada sejumlah titik di lima desa itu dilaporkan sudah mulai surut sampai 50 cm. Namun, akses jalan masih tertutup oleh genangan banjir, terutama Jalan Bonai-Duri, dan Sontang-Pasir Pengaraian. Menurut Herman, daerah di lima desa itu memang merupakan langganan banjir di Riau. Hal itu disebabkan letak geografisnya yang berada tidak jauh dari Sungai Rokan Kiri. Ia mengungkapkan kerugian dari harta benda masyarakat sejauh ini belum bisa ditaksir. Karena selain merusak tanaman dan kebun, banjir mengakibatkan sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan tidak bisa mengais rezeki di Sungai Rokan. "Banjir juga mengakibat puluhan ton kelapa sawit milik warga membusuk. Selain itu, warga tidak bisa mengungsi karena tidak ada dataran tinggi di sekitar desa itu," ujarnya. Trans-Sulawesi terputus Luapan Sungai Topoyo, Sulawesi Barat, membuat jalur lintas barat Sulawesi kembali terputus. Jalan Trans-Sulawesi yang terendam banjir itu sepanjang 200 meter lebih dengan ketinggian air rata-rata 50 cm. Menurut Ikram Halik, warga Mamuju Utara, ruas jalan di Topoyo tersebut terendam banjir sejak Kamis (25/4) malam setelah hujan deras mengguyur daerah itu dua hari terakhir. Ruas jalan itu merupakan jalan antarprovinsi yang menghubungkan Makassar, Sulawesi Selatan, Mamuju, Sulawesi Barat, dan Palu, Sulawesi Tengah. Selama ini, warga bisa menempuh jalur lainnya, Makassar-Poso-Palu, tetapi lebih jauh 200 km jika dibandingkan dengan melalui jalur lintas barat Mamuju. Dari pemantauan Media Indonesia, kemarin, akibat terendam banjir, antrean ratusan kendaraan tertahan di dua sisi jalan. Kendaraan dari Makassar tujuan Palu maupun sebaliknya tidak berani melintas karena genangan air cukup tinggi. Sejumlah kendaraan yang nekat melintas terjebak di tengah banjir sampai mesin mereka mati. Selain terendam banjir, bagian badan jalan yang berbatasan langsung dengan sungai tergerus sekitar 2 meter sehingga sebagian badan jalan menjadi bagian Sungai Topoyo. Hingga kemarin sore, banjir akibat meluapnya Sungai Palu masih merendam ratusan permukiman warga di lima kelurahan di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Meski air mulai surut, warga enggan kembali dari pengungsian. Dilaporkan pula, puluhan warga korban banjir di Palu mulai mengeluhkan terserang berbagai macam penyakit. Mereka mengaku terserang gatal-gatal, demam, batuk-batuk, sakit kepala, hingga sesak napas. Evi, 35, petugas posko kesehatan di Kelurahan Besusu Barat, menjelaskan jumlah warga yang terserang penyakit diperkirakan bertambah. Pasalnya, sejak posko kesehatan dibuka kemarin pagi tercatat sudah 35 orang warga memeriksakan diri dan berobat. (RK/M-FH/HF/N-2) Post Date : 26 April 2008 |