BUMIAYU- Ribuan warga di Kecamatan Bantarkawung, Brebes, dilanda krisis air bersih. Warga yang kesulitan air bersih ini tersebar di Dukuh/Desa Bantarwaru dan Dukuh/Desa Cinanas.
Kesulitan air bersih juga dilaporkan terjadi di sejumlah pedukuhan wilayah Kecamatan Tonjong, Bumiayu dan Paguyangan.
Di Bantarwaru, sejak satu bulan terakhir ini warga membuat sumur-sumur kecil pada aliran Sungai Pemali. Air yang keluar dari sumur buatan itu digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak. Sedangkan untuk mandi dan mencuci mereka memanfaatkan air sungai.
Bukan hanya itu, beberapa warga juga berswadaya menyedot air sungai untuk dialirkan ke sumur-sumur. Jarak antara sungai dan permukiman terdekat lebih kurang 300 meter.
Suminah (50) mengatakan, kesulitan air bersih terjadi sejak satu bulan terakhir. Kemarau, mengakibatkan air sumur mengering.
"Ya begini, kami membuat sumur-sumur kecil di sungai," katanya.
Bagi yang berkecukupan secara ekonomi bisa membeli air bersih di daerah Bangbayang. Harga satu jerigen isi air Rp 2.000
"Kalau saya mah sayang, mending uangnya untuk anak sekolah," kata dia sambil terus mengisi air ke dalam jerigen.
Kades Bantarwaru Wahyudin mengatakan sedikitnya ada 1.500 warganya yang kini kesulitan air bersih. "Ini memang masalah klasik yang sampai hari ini belum terselesaikan," kata dia.
Diakui, desanya tidak memiliki sumber air selain aliran Sungai Pemali. Camat Bantarkawung Edi Sudarmanto SIP mengatakan berdasarkan pendataan, kesulitan air bersih juga dialami 600 warga di Dukuh/Desa Cinanas.
Menurut dia, dari 18 desa di wilayahnya hanya lima desa yang masuk kategori aman air bersih. Yakni Pangebatan, Bantarkawung, Bangbayang, Jipang dan Sindangwangi. "Selebihnya rawan air bersih. Kerawanan tertinggi di Desa Cinanas dan Bantarwaru."
Tidak Berfungsi
Kondisi lebih memprihatinkan dialami ribuan warga lainnya di Desa Galuhtimur Kecamatan Tonjong. Di sana, warga empat pedukuhan yakni Makam Dawa, Tengah, Galuhtimur I dan Galuhtimur II harus pergi sejauh empat kilometer untuk mendapatkan air bersih.
"Itu dilakukan karena sumber air terdekat sudah mulai mengering," kata Kades Galuhtimur HM Yusuf.
Menurut dia, pada tahun 2006, Pemkab membangun sumur artesis. Sayang proyek APBD senilai hampir Rp 100 juta itu, hingga sekarang tidak bisa dinikmati warga karena tidak berfungsi.
Sementara di Kecamatan Bumiayu, tepatnya di Dukuh/Desa Penggarutan dan Dukuh Krajan Desa Langkap dilaporkan meminta pengiriman air bersih kepada Pemkab.
Kasi Kesos Eko Purwanto SP mengatakan dua pedukuhan yang dihuni 400 kepala keluarga itu memang langganan krisis air setiap musim kemarau berlangsung.
"Pemerintah desa di sana memang sudah menanyakan prosedur pengajuan pengiriman air,î katanya.
Usulan serupa, belakangan juga diajukan warga empat pedukuhan di Desa Taraban Kecamatan Paguyangan yakni Karanganyar, Teblog, Igir Batu, dan Krajan. (H51-48)
Post Date : 21 September 2011
|