Ribuan Warga Alami Krisis Air

Sumber:Pikiran Rakyat - 09 Oktober 2009
Kategori:Air Minum

BEKASI, (PR).- Ribuan warga di Kecamatan Babelan dan Sukawangi Kab. Bekasi mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih karena puluhan tangki penampungan air bersih yang dibangun sejak tahun 2007 untuk membantu warga tidak dapat difungsikan karena mengalami kebocoran. Akibatnya, warga tidak mendapat pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bekasi karena tidak mempunyai tempat penampungan air bersih.

"Kami sudah sepuluh tahun terakhir mengalami krisis air bersih. Meski musim hujan, airnya juga tidak dapat dikonsumsi. Apalagi saat kekeringan, selain air tanah sudah tidak layak konsumsi, airnya juga tidak ada," ucap Sekretaris Desa Kedung Jaya, Kecamatan Babelan saat ditemui "PR" di lokasi, Kamis (8/10).

Ia menjelaskan, projek pengadaan tangki air bersih itu menghabiskan dana lebih dari Rp 1,2 miliar untuk dua kecamatan, yang diperoleh dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Pemkab Bekasi tahun 2007.

Satu tangki yang bervolume 3.000 liter itu seharusnya bisa digunakan untuk menyediakan air bersih untuk lebih dari 80 kepala keluarga (KK)." Kalau tidak ada tangki penampungan, PDAM tidak mau menyubsidi air bersih," ujarnya.

Akibat tidak berfungsinya bak penampungan air bersih, kata dia, warga terpaksa membeli kebutuhan air bersih dengan cara memesan langsung ke PDAM. Harga yang dipatok sebesar Rp 2.000,00 per satu jeriken air yang berisi dua puluh liter setiap harinya.

Hal senada juga dikatakan warga Desa Bunibakti, Kecamatan Babelan, Dahlil (50). Menurut dia, sejak awal pengoperasian, bak penampungan air juga tidak berfungsi akibat kebocoran pipa di dalam bak tersebut hingga tidak dapat diisi air.

Tidak hanya di Desa Kedung Jaya, Kecamatan Babelan yang mengalami hal tersebut. Beberapa desa di Kecamatan Babelan dan puluhan desa di Kecamatan Sukawangi juga mengalami hal yang sama. Tangki tidak dapat digunakan karena bocor sejak pertama pembangunannya.

Sementara itu, Panitia Projek Pengadaan Bak Air Bersih waktu itu, Agus Siswanto, saat akan dikonfirmasi via telefon tidak dapat dihubungi.

Di Karawang


Kondisi serupa terjadi di Kab. Karawang. Sedikitnya dua ratus kepala keluarga di Dusun Sukamulya Desa Mulyasejati Kec. Ciampel harus mengantre di Kali Cipatunjang yang mengering untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK). Di kali tersebut warga membuat sumur kecil untuk menampung air hujan.

Ratna (21), warga RT 23 RW 12 mengatakan setiap pagi warga mengantre di Kali Cipatunjang menunggu giliran memanfaatkan air yang tertampung di sumur-sumur kecil yang dibuat. Warga tidak berani langsung menggunakan air yang masih tersisa di kali. "Warnanya hijau dan banyak hewan-hewannya. Kami takut terkena diare seperti sebelumnya," katanya, Kamis (8/10).

Itulah sebabnya, menurut Ratna, warga membuat sumur-sumur kecil berdiameter kira-kira lima puluh sentimeter. Sumur itu dipasangi kaleng agar air tetap tertampung. "Airnya jadi tidak berwarna hijau dan bisa kami pakai," ucapnya.

Berdasarkan penelusuran "PR" di lapangan, jarak dari pemukiman warga ke kali lebih dari tiga ratus meter. Untuk menampung air serapan kali, warga membuat penampungan berupa drum-drum besar. Sebagian warga mengendapkan air itu berhari-hari lalu dimasak untuk dijadikan air minum. (A-186/A-153)



Post Date : 09 Oktober 2009