|
Sukabumi, Kompas - Ribuan sarana air bersih non-Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota Sukabumi berisiko tinggi tercemar berbagai limbah rumah tangga. Pasalnya, pembangunan sarana air bersih milik warga itu kebanyakan tidak mengindahkan faktor kesehatan lingkungan sebagaimana disosialisasikan pemerintah. Demikian dikatakan Kepala Subdinas Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2M) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dr Rita Fitrianingsih, Selasa (14/12). Menurut pemantauan Kompas, banyak warga yang memilih menggunakan sumur galian untuk mendapatkan air bersih bagi keperluan rumah tangga sehari-hari seperti untuk memasak dan mandi. Selama ini PDAM Kota Sukabumi baru dapat melayani sebagian warga kota lantaran keterbatasan ketersediaan sumber air baku di beberapa mata air. Berdasarkan hasil survei P2M Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, sebanyak 84 persen dari 7.600 unit rumah tangga berisiko rendah dan sedang tercemar berbagai limbah rumah tangga. Survei tersebut baru mencakup 18 persen dari total jumlah unit sarana air bersih yang ada di permukiman penduduk di wilayah Kota Sukabumi. Sementara sebanyak 1.216 unit sarana air bersih yang ada di permukiman penduduk di kota tersebut ternyata berisiko tinggi tercemar limbah rumah tangga dari tempat pembuangan kotoran manusia, selokan, dan sungai yang kotor. Sebagian besar sarana air bersih tersebut merupakan sumur galian, bukan termasuk jaringan pelayanan air minum dari PDAM setempat. Rita menuturkan, banyaknya sarana air bersih yang berisiko tercemar limbah disebabkan buruknya kondisi fisik bangunan penampung air bersih. Banyak di antara sumur galian milik warga yang hanya dilapisi semen pada kedalaman setengah meter dari mulut semur. "Memang banyak sarana air bersih yang kondisinya tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan," tutur Rita. (EVY) Post Date : 15 Desember 2004 |