SUMBER, (PR).- Diperkirakan ribuan rumah warga di Kecamatan Ciledug, Pasaleman, Pabedilan, dan Kec. Losari Kab. Cirebon tergenang banjir setinggi 40 sentimeter hingga 1,5 meter, setelah Sungai Cisanggarung meluap, Rabu (9/6) dini hari. Akibatnya, perabot rumah tangga, terutama barang-barang elektronik rusak dan aktivitas belajar siswa terganggu.
Banjir kiriman akibat hujan deras di wilayah Kabupaten Kuningan itu sempat membuat panik warga yang berdomisili di sekitar tanggul sungai yang memisahkan wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, dari Ciledug hingga Kec. Pasaleman.
Bencana banjir yang paling parah terjadi di Desa Tanjung Anom dan Desa Cilengkrang, Kec. Pasaleman dan Desa Ciledug Wetan, Kec. Ciledug, serta beberapa desa di wilayah Kec. Losari, sampai dengan Rabu pagi sekitar pukul 9.00 WIB air belum surut.
Air bah juga menggerus dan menjebol tanggul di Blok Cijohe, Desa Ciledug. Ratusan karung berisi pasir yang sebelumnya dipasang warga dengan cara gotong royong hanyut terbawa banjir.
"Banjir ini membuat panik warga yang rumahnya tak jauh dari bantaran sungai, apalagi tanggul di Cijohe jebol," kata Marta, seorang warga Desa Ciledug.
Sementara itu, ketua sukarelawan banjir Cisanggarung, Deddy Majmoe mengakui, ribuan rumah sepanjang aliran Sungai Cisanggarung dari Desa Pasaleman Kec.Pasaleman hingga Kec.Pabedilan dan Losari terendam. "Hingga saat ini, kami masih mendata seluruh desa yang terkena musibah banjir," kata Deddy, Rabu sore.
Berdasarkan data sementara, rumah yang terendam di Desa Cilengkrang Girang sebanyak 700 unit, di Cilengkrang Induk 600 unit, dan di Desa Pasaleman Lebak, Kec. Pasaleman terdapat 40 unit rumah. Di Kampung Palabuan Desa Ciledug Wetan, 400 rumah terendam hingga 1,5 meter, Jatiseeng Kidul Kec. Ciledug di Blok Kliwon, Blok Pahing, dan Blok Pesantren 500 rumah terendam 40 sentimeter hingga 1 meter. Desa Babakan Losari, Kalimukti, dan Desa Dukuwidara Kec. Pabedilan 1.500 rumah.
Sementara itu, Kuwu Desa Cilengkrang, Rohendi mengungkapkan, banjir telah melumpuhkan perekonomian desa setempat, terutama yang bertempat tinggal tidak jauh dari tanggul Sungai Cisanggarung.
Meskipun diakuinya sudah sering meminta agar segera dilakukan penanganan di sepanjang alur Sungai Cisanggarung, upaya untuk memperbaiki kerusakan sepertinya belum dilakukan secara maksimal.
Naik
Sementara dari Purwakarta dilaporkan, tinggi muka air (TMA) Waduk Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta kembali naik melebihi ambang batas. Hal itu disebabkan meningkatnya curah hujan, terutama di wilayah selatan Purwakarta. Saat ini, TMA Waduk Jatiluhur mencapai 107,08, meter di atas permukaan laut (mdpl), sedangkan TMA normal Waduk Jatiluhur 107 mdpl.
Jika curah hujan tetap tinggi, diperkirakan TMA Waduk Jatiluhur akan terus meningkat. Kondisi seperti itu perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan terjadinya banjir di wilayah hilir Waduk Jatiluhur.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) II, Djendam Gurusinga saat dihubungi "PR", Rabu (9/6) membenarkan TMA Waduk Jatiluhur telah melebihi tinggi normal. Sebelumnya, pada awal Juni 2010, TMA Waduk Jatiluhur mencapai 106 mdpl. Namun, seiring dengan tingginya curah hujan di wilayah selatan atau hulu Sungai Citarum, TMA Waduk Jatiluhur meningkat kembali.
"Air di Waduk Jatiluhur sudah limpas selama beberapa hari ini. TMA Waduk Jatiluhur kembali di atas normal. Bahkan, pada awal Juni, TMA masih di bawah 107, tepatnya 104 mdpl," kata Djendam.
Ia menjelaskan, seiring dengan tingginya muka air, PJT II selaku operator sudah menutup pintu air, kecuali untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). "Kami khawatir kalau pintu air dibuka kembali akan terjadi peningkatan air di daerah hilir Waduk Jatiluhur, Purwakarta," ucapnya.
Djendam mengatakan, limpasnya air di Waduk Jatiluhur itu disebabkan pasokan air dari Waduk Cirata sangat besar. "Sekarang, TMA Waduk Cirata sudah melebihi tinggi normal," katanya. (A-146/C-15/A-86)
Post Date : 10 Juni 2010
|