SOREANG, (PR).- Memasuki musim hujan akhir tahun ini, pemerintah Kel. Baleendah menyiapkan gedung olah raga (GOR) dan aula pertemuan mereka sebagai tempat mengungsi warga korban banjir Citarum. Intensitas hujan yang tak mengendur dalam tiga minggu terakhir dikhawatirkan akan menimbulkan banjir besar seperti yang terjadi pada awal tahun ini. Terakhir, Selasa (30/11) subuh, lebih dari 3.000 rumah di Kec. Baleendah terendam air dan sekitar 150 orang dipaksa mengungsi.
"Kami harap tidak ada lagi banjir besar seperti awal tahun. Namun melihat intensitas hujan yang tinggi dalam beberapa minggu terakhir, kami pantas waspada. Tahun lalu kejadiannya juga seperti ini. Musim hujan dimulai akhir November dan terus memuncak hingga Februari dan Maret. Oleh karena itu, kami mulai menyiapkan tempat mengungsi," ujar Lurah Baleendah, Heru Kiatno, Selasa (30/11).
Sejak awal Februari lalu, tidak kurang dari 3.000 warga Kel. Baleendah dan Andir dipaksa mengungsi akibat meluapnya Sungai Citarum dan airnya menggenangi ribuan rumah. Gedung DPC PDIP di Baleendah yang biasa dijadikan tempat warga Kampung Cienteung untuk mengungsi, tak lagi mampu menampung korban banjir. Beberapa gedung lain, seperti GOR, aula pertemuan, dan Gedung Juang, juga disesaki pengungsi. Ketika itu, pemkab menetapkan keadaan tanggap darurat dengan membuat dapur umum.
Selain menyiapkan pengungsian, Heru juga meminta seluruh ketua RW di wilayah yang rawan banjir untuk siaga melakukan evakuasi sewaktu-waktu. Secara swadaya, masyarakat juga diharapkan berinisiatif mengoptimalkan sarana evakuasi berupa perahu kayu yang sudah tersedia di setiap RW yang rawan banjir. Dengan demikian, jatuhnya korban jiwa dapat dihindarkan.
Ketua Harian Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) Kab. Bandung Sofian Nataprawira mengucapkan, kapan pun dibutuhkan, pemkab siap menyokong kebutuhan logistik para pengungsi. "Silakan camat mendata dan mengajukan kebutuhan para pengungsi. Kami akan penuhi itu. Jika jumlahnya membeludak seperti Februari lalu, mungkin kami akan mempertimbangkan membuat lagi dapur umum," katanya.
Sofian mengakui, penuntasan permasalahan banjir belum tertangani secara tuntas hingga saat ini. Salah satu penyebabnya adalah belum selesainya program-program fisik di sepanjang Sungai Citarum dan anak-anak sungainya yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
Ribuan terendam
Akibat guyuran hujan deras selama beberapa jam di kawasan Bandung Raya Senin (29/11) malam, sebanyak 3.527 rumah di Andir dan Baleendah kembali terendam air. Ketua RW 28, Yoyo M. Yahya mengatakan, Senin sekitar pukul 21.00 WIB, genangan setinggi beberapa sentimeter baru sampai di halaman depan rumahnya. Tiga jam kemudian, air sudah masuk ke dalam rumah setinggi setengah meter. Puncak genangan terjadi Selasa subuh sekitar pukul 03.00 WIB. "Sejak pukul 2.00 WIB sampai 4.00 WIB, saya pontang-panting menyelamatkan perabot dan barang penting. Air sudah setinggi leher," tuturnya.
Kronologi kejadian serupa dituturkan Jaja, Ketua RW 20 Kampung Cienteung. Akibat banjir ini, lebih dari 150 warga dipaksa mengungsi. Di Gedung DPC PDIP Baleendah, terdapat 140 warga RW 20 Kampung Cienteung, Kel. Baleendah, yang mengungsi. Sementara 27 warga RW 28 memilih mengungsi di masjid setempat.
Di Gedung DPC PDIP Baleendah, jumlah warga Cienteung yang mengungsi terus bertambah dalam beberapa minggu belakangan. "Saya termasuk yang datang pertama kali di sini pada 4 November lalu. Ketika itu, baru ada tiga belas keluarga. Sekarang sudah 41 keluarga yang ikut mengungsi," kata Oot (28), warga RT 2 yang membawa serta anak semata wayangnya, Salma (3).
Oot mengaku, saat pertama kali mengungsi, ada bantuan rutin berupa beras dan mi instan yang diberikan pihak kelurahan. Namun sejak seminggu belakangan, tidak lagi ada bantuan. "Mungkin sedang lupa saja. Biasanya, bantuan datang rutin," ucapnya.
Di pengungsian, telah tersedia air bersih yang mencukupi kebutuhan keseharian para pengungsi. Selasa pagi, tersedia layanan kesehatan dari puskesmas keliling. (A-165)
Post Date : 01 Desember 2010
|