Ribuan Rumah Terendam

Sumber:Suara Pembaruan - 11 Januari 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

[PALANGKA RAYA] Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah (Kalteng) meluap membuat banjir melanda permukiman warga. Hingga Senin (11/1) pagi, ribuan rumah terendam. Fitriani (3), putri Nurbayah (40) warga Jalan Mendawai Ujung, Kota Palangka Raya tewas terseret arus banjir, ketika orangtua dan keluarga lainnya sibuk mengevakuasi barang agar terhindar dari banjir.

Detang Nihin, keluarga korban kepada SP, di Palangka Raya, Senin (11/1) pagi mengatakan, meluapnya Sungai Kahayan sangat cepat. Ketinggian air hingga saat ini sudah mencapai empat meter. Warga yang bermukim di pinggiran Sungai Kahayan terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Ketua RT IV Jalan Mendawai Ujung, Sabran mengatakan, Fitriani terjatuh dan terseret masuk bawah kolong rumah panggung. Sementara keluarga yang lain sedang sibuk mengamankan barang-barang dari terjangan banjir dengan membuat dipan di atas lantai rumah panggung mereka.

Banjir masih terus naik, disertai hujan turun setiap hari, membuat air makin tinggi. Ditambah lagi, banjir kiriman dari hulu membuat sungai meluap tinggi, sehingga air menumpuk dan bertambah tinggi merendam permukiman warga Kota Palangka Raya di pinggiran Sungai Kahayan.

Mindan (42), warga Desa Bukit Rawi, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau mengatakan, semua rumah warga yang berada di pinggir Sungai Kahayan kini sudah terkena banjir. Sebagian warga meninggikan lantai rumah, tetapi lebih banyak mengungsi ke tempat keluarga yang terbebas dari banjir.

Banjir kini merupakan sumber petaka bagi warga. Semua tanaman di ladang terendam, tanaman mati. Ternak tidak ada yang berhasil diselamatkan. Kini, warga desa kesulitan mempertahankan hidup sehari-hari. Mencari uang untuk membeli beras keperluan makan saja sulit.

Warga Bingung


Beras dan bahan makanan dijual pedagang cukup, tetapi uang untuk membelinya tidak ada. Mencari ikan untuk dijual tidak dapat, bahkan mencari ikan untuk makan keluarga saja sulit ketika air meluap tinggi. Tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan untuk menghasilkan uang. Warga betul-betul bingung, katanya.

Dugan (47), warga Desa Bukit Rawi mengatakan, warga kesulitan menghadapi hidup. Kondisi alam berubah total. Ketika banjir, hampir tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Biasanya, kalau air naik, ikan mudah didapat, kini ikan malah tidak kelihatan. Menebang kayu untuk dikeluarkan dari hutan memanfaatkan luapan banjir tidak mungkin, karena kini sudah dilarang.

"Kami betul-betul menghadapi kebingungan, pekerjaan apa yang bisa dilakukan. Sisa emas perhiasan sudah habis terjual, untuk bertahan hidup keluarga, katanya.

Dari Jawa Timur (Jatim) dilaporkan, banjir juga melanda enam kecamatan di Kabupaten Pasuruhan, yakni Pohjentrek, Kraton, Pandaan, Rembang, Beji, dan Bangil. Minggu (10/1) petang membuat belasan ribu unit rumah terendam rata-rata setinggi antara setengah hingga satu meter, 26 unit rumah di antaranya roboh, ambruk, dan rusak berat.

Sedemikian besarnya banjir kali ini, tiga warga tewas. Mereka, yakni Abdul Rochman (41) warga Desa Kalirejo Kecamatan Bangil, Suyanto (36) warga Jeding Sebani dan Tirto Utomo (14) warga Desa Kebonwaris, Kecamatan Pandaan. Ihya Ulumudin (20), warga Cemendi Kersikan, Kecamatan Bangil, hingga Senin (11/1) pagi masih dalam pencarian.

Bupati Pasuruan Dade Angga menyebutkan, banjir yang terjadi di beberapa kecamatan di sisi barat Kota Pasuruan, merupakan banjir kiriman dari kawasan puncak Prigen, Pandaan, Purwosari, dan lereng Gunung Bromo. [106/143/070/080/141/ WMO/152/149/148]



Post Date : 11 Januari 2010