|
[JAKARTA] Ribuan rumah terendam banjir di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur dan Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan, Senin (5/11). Hingga pukul 10.00 WIB pagi, air masih menggenangi rumah warga dengan ketingigan 50 cm. Dari pemantauan, warga yang rumahnya tergenang air masih sibuk mengangkat barang-barangnya ke tempat yang lebih tinggi. Karena rata-rata rumah di pingir kali itu bertingkat, jadi belum ada warga yang mengungsi ke temapat yang lebih aman. Menurut salah satu warga, Lukan (31), dia hanya bisa pasrah menerima kenyataan banjir yang terjadi di wilayah ini setiap tahunnya. "Setiap tahun di sini banjir. Kita tidak takut lagi," kata Lukman. Sementara itu, Ketua RW 10 Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan Abdul Karim mengatakan, banjir yang terjadi di kedua kelurahan merupakan banjir kiriman dari Depok dan Bogor. "Hingga pukul 21.30 WIB Minggu malam, Bogor dan Depok dilanda hujan deras. Ketinggian air di sana mencapai 280 cm, makanya pada pukul 02.00 WIB dini hari tadi, banjir kiriman itu tiba di Jakarta," ujarnya. Menurut Abdul Karim, ketinggian air hingga pukul 10.00 WIB pagi di Depok sudah turun 125 cm. Sementara itu, di belakang SMA 8 Jakarta dan Tanah Rendah, juga di kawasan Bukit Duri, air setinggi 30 -50 cm masih menggenangi rumah warga. Banjir terjadi akibat meluapnya Ciliwung, yang melintasi belakang kampung itu. Menurut Mami, warga, air mulai naik sekitar pukul 05.30 WIB. "Ini banjir pertama sejak Februari lalu. Mudah-mudahan tidak lebih parah," kata Mami. Sejumlah warga tampak sibuk membersihkan lumpur di rumah mereka. "Kita sudah biasa terkena ban- jir. Jadi tidak pernah menyimpan barang mahal," ujarnya. Mami juga menceritakan, ketinggian banjir Februari lalu mencapai sekitar dua meter. "Kalau genangan seperti ini, kita masih tenang, Mas," katanya. Warga berharap, air segera surut. Mereka juga menanti usaha Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menuntaskan tradisi banjir. Antisipasi Menghadapi musim hujan dan mengantisipasi bencana banjir, Pemkot Jakarta Barat akan secara tegas melakukan penertiban di bantaran kali. Kemudian pengerukan sampah dan lumpur di sungai (kali). "Dengan kebijakan tersebut akan meminimalisir bencana banjir. Karena saluran air, tidak boleh tertutup," ujar Wali Kota Jakarta Barat Fadjar Panjaitan kepada SP, Senin. Saat ini, kata Fadjar, pihaknya sudah mengerahkan seluruh stafnya ter- jun langsung ke masyarakat, guna melihat secara langsung saluran-saluran yang tertutup, atau sungai-sungai (kali) yang dipenuhi sampah. Pada Minggu (4/11), Fadjar dan jajarannya terjun langsung ke masyarakat dengan melakukan penertiban dan pengerukan Lumpur Kali Maja di RW 09 Kelurahan Pegadungan, Kalideres, dan RW 07, 05 Kelurahan Cengkareng Barat, Kecamatan Cengkareng. Menurut Fadjar, langkah ini diambil setelah mendegar keluhan dari masyarakat juga sekaligus memberi contoh langsung ke- pada masyarakat agar ti- dak segan-segan mengotori badan demi kebersihan lingkungan. Sementara itu, Suku Dinas Pekerjaan Umum (Sudin PU) Tata Air Jakarta Barat telah menyiapkan 200 petugas pembersih sampah di kali, 10.000 karung pasir, pompa penyedot, dan armada pengangkut sampah untuk mengantisipasi banjir. Menurut Kasudin PU Tata Air Jakarta Barat Heryanto, di Jakarta Barat hampir sebagian besar saluran air yang menghubungkan saluran induk atau kali sudah tertutup, bahkan ada yang berubah menjadi rumah tinggal, tempat usaha atau perkantoran. "Contohnya seperti pada saluraninduk yang menghubungkan Kali Mookervaart di sepanjang Jl Daan Mogot atau Kali Molenvliet di Jl Gajah Mada/Jl Hayam Wuruk," ujar Heryanto. Selain itu, kata dia, saluran-saluran lain yang lebih kecil dan melintasi permukiman warga, banyak ditutup untuk berbagai kepentingan masyarakat. "Dalam waktu dekat 200 bangunan di saluran penghubung kelurahan Kedaung Kaliangke akan dibongkar. Karena jika tidak, saluran air akan tetap tertutup dan bisa menimbulkan banjir," tegas dia. Menurut dia, saat ini memang terkesan saluran-saluran tersebut sudah hilang, tetapi kenyataan tetap ada hanya saja sidah tertutup oleh bangunan- bangunan Dia mengambil contoh, saluran yang menghubungkan Kali Krukut dan Kali Cideng. Saluran yang dibangun di zaman Belanda, dan berfungsi mengairi tanah-tanah pertanian di Glodok, Krendang, Duri Utara, Duri Selatan, dan Tanah Sereal, sudah berubah fungsi menjadi pemukiman padat. Sementara itu, sebagai upaya antisipasi banjir di wilayah Jakarta Barat, Sudin Tata Air sedang melakukan pembersihan (pengerukan) di 50 lokasi saluran air, menyiapkan ratusan getek, membersihkan sampah di kali serta proyek yang dilakukan Dinas PU DKI di Jakarta Barat membangun tiga saringan sampah. Di Jakarta Barat, titik rawan genangan air berdasarkan pengalaman dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada Februari 2007 lalu. Dari 56 kelurahan yang ada di Jakarta Barat, 49 kelurahan terendam air. "Meski tidak seluruh wilayah di kelurahan itu banjir, tapi di kelurahan tersebut ada beberapa RW yang tergenang air," kata dia. [ATW/HTS/M-16] Post Date : 05 November 2007 |