|
Deli Serdang, Kompas - Sekitar 1.700 rumah di sembilan desa di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, terendam banjir, Minggu (4/11). Banjir akibat luapan air Sungai Ular, Paluh Kemiri, dan Kualanamu ini baru terjadi kali ini setelah banjir enam tahun lalu. Air bah mulai datang pukul 05.00 dan hingga Minggu pukul 18.00 belum surut. Sembilan desa yang dilanda banjir adalah Paluh Kemiri, Syahmad, Cemara, Petapahan, Lubuk Pakam Pekan, Sekip, Jatisari, Pagar Merbau 3, dan Bakaran Batu. Ketinggian air mulai 10 sentimeter hingga 1 meter. Selain rumah, banjir juga merendam sekitar 40 hektar sawah dan ladang. Banjir diduga dipicu hujan lebat yang melanda Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Simalungun yang terjadi sejak Sabtu malam hingga Minggu siang. ”Saya kaget karena sudah lama sekali tidak banjir,” ujar Suhartono (36), warga Desa Paluh Kemiri. Rumah Suhartono hanya berjarak sekitar 20 meter dari Sungai Paluh Kemiri. Kasur, lemari, dan sofa di rumah Suhartono terendam banjir. Rumah milik Sri Jawiyah (28), warga lainnya, terendam air setinggi 75 sentimeter. Ia tidak bisa beraktivitas lagi di rumah. Ia juga terpaksa menidurkan anaknya, Nadya (2), di halaman. Sejumlah warga mengatakan, jika sampai Minggu malam banjir tak surut, mereka akan mengungsi. Hingga Minggu malam, tak ada laporan tentang korban akibat banjir. Warga terus menghalau air agar tak masuk ke rumah. Camat Lubuk Pakam Citra Efendy Capah mengatakan, pemerintah telah membuka pos komando (posko) dan empat dapur umum. Posko itu untuk menampung warga yang tidak dapat menempati rumahnya selama terjadi banjir. Beras, lauk, minyak goreng, dan mi juga disediakan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang untuk membantu korban. ”Persediaan makanan cukup untuk tiga hari ke depan,” ujarnya. Citra menjelaskan, banjir terjadi lantaran hujan lebat melanda daerah hulu Sungai Ular, seperti Kabupaten Simalungun dan Serdang Bedagai. Hujan deras menyebabkan air sungai meluap. Pesisir Pati Dari Jawa Tengah dilaporkan, penduduk pesisir Kabupaten Pati mengembangkan sistem mitigasi bencana banjir berbasis layanan pesan singkat (SMS). Mereka bekerja sama dengan warga yang tinggal di Pegunungan Muria, lokasi hulu sungai besar di Pati, untuk berkomunikasi kalau ada ancaman banjir. (mhf/hen) Post Date : 05 November 2012 |