Ribuan Rumah Penduduk Terendam

Sumber:Kompas - 21 Desember 2011
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Atambua, Kompas - Tercatat 1.427 rumah penduduk, bersama harta benda di dalamnya, yang tersebar di lima desa di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, terendam banjir setelah Sungai Benanain meluap, Selasa (20/12).
 
Sungai Benanain meluap setelah terjadi hujan deras selama tiga hari berturut-turut, 17-19 Desember 2011, di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan di Nusa Tenggara Timur. Tanggul penahan banjir sungai jebol sehingga air meluap sampai ke permukiman warga.
 
Camat Malaka Barat Ansel Nahak, yang dihubungi di Besikama, ibu kota Kecamatan Malaka Barat, Selasa (20/12), mengatakan, lima desa, yakni Ikun, Lasaen, Umatoos, Olamane, dan Fafoe, dengan sekitar 1.427 rumah, terendam banjir dengan ketinggian sekitar 1,5 meter. Akan tetapi, tidak ada rumah yang rusak atau hancur diterjang banjir.
 
”Permukiman itu di tanah dataran sehingga air hanya menggenangi begitu saja. Masyarakat juga sudah mengantisipasi ancaman banjir itu sehingga tidak ada korban jiwa,” kata Ansel Nahak.
 
Sekitar 157 hektar lahan pertanian warga yang ditanami jagung, singkong, ubi jalar, padi, dan kacang-kacangan juga terendam banjir dan terancam gagal panen.
 
Penduduk saat ini mengungsi ke kantor camat, gedung sekolah dasar, dan puskesmas. Akan tetapi, 200 keluarga sudah meninggalkan lokasi itu sejak banjir musim hujan 2010. Mereka menetap di Kecamatan Weliman, 10 kilometer dari lokasi banjir.
 
Yohanes Seran (43), tokoh masyarakat Desa Lasaen, yang rumahnya ikut terendam, mengatakan, ia bersama rekan-rekannya sudah mengungsi ke Weliman sejak tahun 2010. Saat itu, pemerintah berjanji membangun 200 rumah sederhana untuk pengungsi dari Malaka Barat.
 
Bencana rutin
 
Kasus ini terjadi setiap tahun sejak tahun 1997, tetapi belum ada tindakan konkret pemerintah daerah setempat. Panjang bantaran Sungai Benanain yang selalu meluap setiap tahun itu mencapai 10 kilometer. Pemerintah sudah membangun tanggul sepanjang 6 kilometer, sisa 4 kilometer. Namun, tanggul yang sudah dibangun tersebut pun jebol akibat terjangan banjir besar.
 
Belum ada bantuan
 
Situasi di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, pascabencana banjir bandang Sabtu pekan lalu, hingga hari ke-4, Selasa kemarin, material lumpur dan bebatuan masih menutupi sejumlah badan jalan di lokasi bencana.
 
Kendala tersebut terjadi karena ketiadaan alat berat sehingga masyarakat setempat hanya bekerja mengandalkan peralatan sederhana, seperti cangkul dan sekop. Sementara material lumpur sangat besar, belum lagi tumpukan batu-batu besar dengan diameter sekitar 1,5 meter yang turut terbawa dalam banjir. (KOR/SEM)


Post Date : 21 Desember 2011