Ribuan Rumah Disergap Banjir

Sumber:Pikiran Rakyat - 20 Januari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
(PR).- Banjir merendam sedikitnya 2.000 rumah di enam desa di Kec. Gunungjati dan Kapetakan, Kab Cirebon, Jumat (18/1) malam hingga Sabtu (19/1) pagi. Banjir yang terparah dalam sejarah di daerah itu, disebabkan jebolnya tanggul Kali Condong, bersamaan dengan pasangnya air Laut Jawa.

Tiga sungai lainnya, yaitu Kali Sapu, Kali Jatimerta, dan Kali Bondet yang mengalir ke enam desa itu, juga secara bersamaan meluap.

Luapan sungai merendam jalur utama pantura Jalan Raya Cirebon-Karangampel-Indramayu dengan ketinggian air 0,5 meter sepanjang 2 km dari jembatan Kali Sapu ke Bondet, menyebabkan arus lalu lintas lumpuh total.

Kemacetan parah menyebabkan ratusan kendaraan membentuk antrean panjang baik ke arah Cirebon-Indramayu maupun sebaliknya.

Sedikitnya 1.500 warga, terutama orang tua, wanita, dan anak-anak diungsikan ke lokasi aman. Banjir yang menggenangi enam desa itu berlangsung selama 20 jam lebih, sejak Jumat pukul 20.00 WIB dan mulai surut Sabtu pukul 15.30 WIB.

Berdasarkan catatan "PR", desa yang terendam banjir adalah Desa Wanakaya, Jatimerta, Kalisapu, dan Desa Astana di Kec. Gunungjati, serta Desa Grogol dan Bondet yang masuk wilayah Kec. Kapetakan.

Genangan air terparah berada di Desa Wanakaya dan Grogol. Saat puncak banjir pada Sabtu dini hari, ketinggian air mencapai 1,5 meter lebih. Bahkan, rumah-rumah penduduk yang dekat dengan lokasi tanggul yang jebol di Desa Wanakaya, terendam hingga 2 meter lebih.

Warga sempat mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun, karena banjir datang mendadak, warga tak sempat menyelamatkan perabotan rumah tangga. "Banyak peralatan elektronik yang rusak akibat terendam air," tutur Agus (47), warga Wanakaya.

Dia menuturkan, banjir dimulai pukul 20.00 WIB, berbarengan dengan hujan deras yang turun sejak sore hari, kemudian air sungai mulai naik dan meluap. Banjir terparah terjadi saat tanggul di Wanakaya jebol selebar 2 meter, yang menyebabkan air laut melimpas cukup deras ke arah perkampungan.

"Posisi desa kami ini berupa cekungan, terjepit di antara dua sungai di utara dan selatan. Malam itu air sungai meluap, tanggul jebol, hujan deras dan ditambah air laut pasang, tentu saja semuanya seperti tertumpah," ungkap Sobar (40), warga Kali Sapu.

Ruas Jalan Raya Cirebon-Karangampel-Indramayu yang melewati cekungan di desa itu tak luput dari rendaman banjir. Pada saat puncak banjir, air mencapai ketinggian 0,5 meter.

Ketinggian air tersebut menyebabkan arus lalu lintas terputus, sehingga jalan sepanjang 2 km terpaksa ditutup. Kendaraan dari arah Indramayu yang mau ke Cirebon, dialihkan ke Pasar Celancang-Plumbon atau memutar lebih jauh ke pertigaan Suranenggala-Panguragan-Palimanan.

Banjir terparah

Banjir kali ini, menurut beberapa warga di enam desa, merupakan terparah. Setiap musim hujan, Kali Condong memang selalu meluap, namun belum pernah terjadi ketinggian air di atas 1 meter.

Menurut Mak Jir (60), warga setempat, kalaupun banjir, warga tak perlu mengungsi. Sebab, ketinggian tak sampai di atas 1 meter dan berlangsung tidak lebih dari lima jam. "Sekarang air sangat tinggi, saya terpaksa mengungsi. Kalau dulu banjir tak sampai 5 jam, sekarang hampir semalaman air masih tetap tinggi," ujar dia.

Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Cirebon mengerahkan puluhan petugasnya untuk membantu warga begitu menerima laporan adanya banjir. Danlanal Kol. Laut Denih ikut terjun bersama anak buahnya untuk memberi pengamanan sekaligus menolong warga.

Tiga perahu karet dikerah-kan untuk membantu mengevakuasi warga. Lanal juga langsung membuat posko bencana di bahu jalan di posisi yang aman untuk membantu warga. "Begitu air tinggi, kami menerjunkan perahu karet untuk mengevakuasi warga, terutama anak-anak, wanita, dan orang tua. Kami antisipasi supaya tidak ada korban. Alhamdulillah, tidak ada korban, meski air terutama di pinggir sungai cukup deras membanjiri rumah penduduk," tutur Denih. (A-93)



Post Date : 20 Januari 2008