|
BOJONEGORO, (PR).-Luapan air Sungai Bengawan Solo di Kab. Bojonegoro, Jatim telah merendam sedikitnya 6.781 rumah dan 2.369 hektare areal persawahan di 72 desa, yang tersebar di 13 kecamatan sepanjang daerah aliran sungai (DAS). "Di daerah terendam, ketinggian air rata-rata mencapai 30 cm hingga 1 meter," kata Kasubdin Humas dan Media Informasi Pemkab Bojonegoro Jhony Nur Haryanto, Minggu (22/4). Meski jumlah rumah yang terendam banjir kiriman lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, hingga kini belum ada laporan korban jiwa. Untuk mengurangi debit air, menurut Nur, Pemkab Bojonegoro telah berkoordinasi dengan Pemkab Lamongan untuk membuka pintu air aliran Sodetan di daerahnya. "Jika air Bengawan Solo sudah dialirkan ke laut melalui Lamongan, banjir di Bojonegoro bisa segera surut," katanya. Status Kab. Bojonegoro sendiri siaga III atau bahaya, karena ketinggian air di Bengawan Solo yang tercatat di papan diduga sudah menyentuh angka 14,99 meter. "Kalau sudah demikian, otomatis statusnya siaga III atau bahaya," tegas Koordinator Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Pemkab Bojonegoro Pujiono. Tak akan lama Meski, status siaga III diberlakukan, hal itu diperkirakan tidak akan berlangsung lama. Sebab ukuran banjir di kecamatan kota mengacu pada kawasan Karangnongko yang berada di perbatasan Jatim-Jateng. "Laporan terbaru debit air di Karangnongko sudah turun 1 meter, dan kini pada posisi 28,60 m," katanya. Ia mengakui, air di daerah aliran di bawah Karangnongko akan mengalami kenaikan. "Tapi itu tidak berlangsung lama. Air akan mengalir ke Babat Lamongan," katanya. Pujiono mengimbau warga agar tetap menjaga kewaspadaan penuh. Dengan status siaga III, pihak Pemkab telah menyiapkan segala keperluan untuk korban banjir sejak awal. "Semua bagian siap. Kalau ada tanggul jebol PU sudah siap, kalau perlu obat-obatan dinas kesehatan juga siap. Pokoknya segala keperluan untuk mengantisipasi banjir sudah terkoordinasi semua," tegas Pujiono. Awan mendung yang menaungi langit di Kab. Bojonegoro, menyebabkan rasa cemas terlihat di wajah para korban luapan Sungai Bengawan Solo. Mereka khawatir sungai itu kembali meluap. Hal itu terlihat di wajah Suwarto, warga Banjerejo, Kec. Kota. Dia mengkhawatirkan banjir akan membesar jika hujan turun hari ini. "Mendung tebal dan gelap," kata pria berusia 33 tahun itu sambil menyaksikan banjir di Desa Glendeng, Kec. Kota Bojonegoro. Di Desa Glendeng, banjir selama dua hari merendam rumah penduduk dengan ketinggian air mencapai 1 meter, begitu juga di Desa Semanding. Warga dari dua desa itu mengungsi ke jalan raya yang dianggap aman dari banjir. Di Trenggalek Sementara itu, sedikitnya 10 rumah di Dusun Ngranding, Desa Depok, Kec. Bendungan, Kab. Trenggalek, Jatim, nyaris rata dengan tanah setelah tertimbun tanah longsor, Sabtu malam. Sutrisno, salah seorang korban, Minggu (22/4) mengatakan, bencana itu tidak menimbulkan korban jiwa lantaran warga sudah mengantisipasi sebelumnya. "Sejak kemarin siang memang permukaan tanah perbukitan di belakang rumah kami kondisinya sudah retak-retak. Jadi, begitu peristiwa itu terjadi, warga sudah banyak yang keluar rumah," ujarnya. Rumah Sutrisno dan sembilan warga lainnya mengalami kerusakan terutama pada bagian belakang. Selain itu sekitar 62 rumah lagi di Dusun Ngranding mengalami kerusakan ringan hingga sedang, akibat peristiwa tersebut. Hingga Minggu petang, pemerintah daerah setempat belum melakukan upaya relokasi terhadap warga, kecuali hanya berencana mendirikan tenda di Dusun Dolo, Desa Depok. "Kami masih perlu melakukan pengkajian lebih lanjut untuk merelokasi mereka," kata Bupati Trenggalek, Suharto. Warga korban tanah longsor itu belum bisa menempati tenda karena masih dalam proses pendirian. Menurut rencana, tenda itu akan dilengkapi dengan dapur umum, sehingga korban tanah longsor di Dusun Ngrandu tidak sampai kelaparan. (dtc) Post Date : 23 April 2007 |