|
LHOKSEUMAWE - Di awal Ramadhan ini, ribuan pengungsi di kawasan pantai timur Lhokseumawe dan Aceh Utara, mengaku kesulitan air bersih. Meski ada air bersih yang dibawa dengan mobil tanki ke desa-desa pengungsian, tapi tak mecukupi kebutuhan warga. Krisis air tersebut diungkapkan secara terpisah oleh Geusyik Gampong Puuk, Kecamatan Samudera Geudong, Tgk Zulkarnaini dan Geusyik Gampong Jamboe Meusjid Kecamatan Blang Mangat M Kasem AB kepada Serambi, Jumat. Geusyik Puuk mengaku 168 kepala keluarga (KK) di desanya mengalami kesulitan air bersih. Sementara, pembagian air bersih yang dilakukan LSM bekerja sama dengan pemerintah daerah dinilai tidak mampu mecukupi kebutuhan mereka. Konon lagi di dalam bulan Ramadhan ini, kebutuhan air meningkat, terutama di meunasah dan surau yang sarat dengan kegiatan keagamaan. Meskipun warta umumnya memiliki sumur, tapi air sumur tersebut tak bisa dipakai lagi, karena sudah tertimbun dengan lumpur tsunami, sehingga airnya berasa asin. Sementara Geusyik Jamboe Meusjid M Kasen AB yang dihubungi Serambi mengaku warganya resah karena didera krisis air bersih. Diakuinya, memang untuk desanya ada satu mobil tanki yang membawa air tiap tiga hari sekali. Volumen seperti itu, menurutnya, tidak cukup. Idealnya, untuk desa yang warganya 132 KK memerlukan tiga tanki air dalam sehari, bukan justru satu tanki per tiga hari. M Kasem menambahkan, semua warga desanya sudah kembali ke kampung halaman, kendati mereka harus membuat gubuk darurat di kebun sendiri. Dari jumlah KK yang ada, hanya 10 KK yang masih tersisa di barak. It pun umumnya PNS. Sedangkan warga lainnya sudah kembali ke desa dengan membangun gubuk sendiri. Masyarakat lebih tertarik tinggal di desanya, sebab mereka mudah melaut setiap pagi, kata M Kasem. Kedua pimpinan desa tersebut, baik di Aceh Utara maupun di Kota Lhokseumawe, meminta berbagai elemen masyarakat atau donatur dapat mendistribusikan air yang memadai kepada mereka, sehingga suasana Ramadhan dapat mereka tunaikan dengan khidmat, tanpa harus terpecah konsentrasi untuk berburu air bersih. M Kasem malah memprediksi, jika jumlah air tidak ditambah dalam bulan ini, dikhawatirkan akan timbul wabah penyakit di kantung pengungsian itu, karena air asin di daerah bekas tsunami tersebut sangat berbahaya bila diminum. (ib) Post Date : 08 Oktober 2005 |