|
BATU - Sedikitnya 1.297 warga Kota Batu pada 2005 terkena diare. Penyebabnya, karena kebersihan air minum yang dikonsumsi masyarakat Batu belum steril dari bakteri coli yang menjadi penyebab diare. Kasi Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Suharsono mengatakan, untuk mencegah dan mengantisipasi semakin banyaknya penderita diare di Batu, Dinkes sudah melakukan uji petik sampel air. Tujuannya untuk mengetahui apakah air yang dikonsumsi masyarakat, baik air PDAM, air swadaya masyarakat, maupun air sumur tersebut layak minum atau tidak. Uji petik sampel tersebut diambil dari 65 contoh air dan sampel bakteriologis sebanyak 67 air yang dikonsumsi masyarakat. Hasilnya, cukup mengejutkan, secara kimia hanya 57 contoh air yang layak minum. Sedang secara bakteriologis, hanya 21 sampel air yang aman untuk dikonsumsi. "Ini menandakan bahwa air yang dikonsumsi masyarakat Batu perlu disterilisasi lagi," ujar Suharsono. Karena itu, beberapa waktu lalu, dinkes sudah menyarankan kepada masyarakat atau penyedia air, termasuk PDAM, untuk melakukan klorinasi dan pemberian kaporit. Sebab, hal tersebut mampu membersihkan air dari bakteri coli. Air yang layak minum adalah air yang kandungan bakteri colinya adalah nol. Namun, jelas dia, penyebab diare bukan hanya diakibatkan oleh air minum saja, tapi juga disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak benar. Misalnya, mengkonsumsi makanan yang sudah kedaluwarsa ataupun makanan yang sudah berubah warna atau bau. Suharsono menambahkan, kendati masyarakat Batu banyak yang terserang diare, namun diare yang menyerang masyarakat Batu adalah diare ringan. Ini bisa dilihat dari tidak adanya penderita diare yang sampai dirawat inap di puskesmas ataupun di rumah sakit. Ia menyarankan agar masyarakat Batu waspada terhadap serangan diare. Apalagi memasuki musim penghujan. "Setiap hari, dinkes selalu melakukan pemantauan terhadap penyakit menular, termasuk di dalamnya diare. Untuk sementara dari hasil survei harian penyakit, pada September dan Oktober belum ada peningkatan penderita diare yang signifikan," terang pria yang selalu menggunakan kacamata ini. Hal senada juga diungkapkan Kasi Penyehatan Lingkungan Dinkes Kota Batu Tiari Ningrum. Menurutnya, musim penghujan merupakan musim yang paling rawan terhadap serangan diare. Tiari menuturkan, sebenarnya jumlah penderita diare di Batu lebih dari 1.297. Pasalnya, data sebanyak 1.297 tersebut merupakan data penderita diare yang berasal dari puskesmas dan polindes. "Sedang data penderita diare di rumah sakit yang ada di Batu masih belum masuk," ujar Tiari. (fir) Post Date : 21 Oktober 2005 |