|
PALEMBANG (Media): Ribuan jiwa korban banjir di Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) terancam rawan pangan. Pasalnya, persediaan beras sudah menipis setelah 12.660 hektare (ha) tanaman padi mereka dipastikan tidak bisa dipanen. Menurut Warsito, 53, petani Desa Tebing Suluh, Kecamatan Lempuing, para petani sudah tidak memiliki persediaan padi lagi, sebab persediaan padi mereka belum sempat diangkut saat banjir datang menerjang desa mereka. "Kami ini tidak punya apa-apa lagi. Hasil panen tahun lalu sudah dijual sebelum datangnya banjir," ujar Warsito kepada Media yang mengunjungi lokasi banjir, kemarin. Jika pemerintah tidak segera memberi bantuan, kata Warsito, dikhawatirkan warga akan mengalami rawan pangan. Apalagi, diperkirakan banjir akan berlangsung lama. "Sekarang saja sudah terasa, mau makan nasi sudah terbatas. Bagaimana nanti sebulan ke depan? Kami minta bantuan pemerintah itu setidaknya untuk dua bulan ke depan sampai banjir surut," kata Warsito, pemilik 1,5 ha tanaman padi. Kegelisahan Warsito juga dirasakan seluruh korban banjir. Umumnya, mereka berharap penyaluran bantuan terutama beras bisa menjamin kelangsungan hidup setidaknya sampai dua bulan ke depan. Hariadi, 48, petani lainnya dari Desa Burnai I, mengatakan kerawanan pangan akan terjadi karena areal sawah sudah tidak bisa ditanami dalam waktu dua bulan ke depan. "Kalau melihat banjir yang belum surut, kami tidak punya pendapatan apa-apa lagi. Kalau hujan surut pada Februari, berarti kami baru bisa memanen lima bulan ke depan. Lantas kami mau makan apa?" tanyanya dengan wajah pasrah. Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumsel Fachrurozi Solah, areal padi yang terendam banjir seluas 10.900 ha. Namun, dia menolak anggapan para korban banjir di Kecamatan Lempuing terancam rawan pangan. "Kita punya stok produksi sebanyak 2 juta ton. Berdasarkan catatan, banjir itu hanya merusak 2% dari produksi padi yang mencapai 40.000 ton," paparnya. Banjir setinggi 1 hingga 1,5 meter di Kecamatan Lempuing telah merendam 21 desa. Akibatnya 8.000 warga terpaksa diungsikan ke tempat-tempat aman. Mulai surut Sementara itu, banjir di jalan lintas timur (jalintim) mulai surut. Bila sebelumnya ketinggian air mencapai 70 cm, kemarin berkurang menjadi 50 cm. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Bina Marga Provinsi Lampung, beberapa ruas jalan yang masih digenangi air, yakni Desa Bujung Tenuk Kecamatan Mesuji, Kabupaten Tulangbawang, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. "Pada lokasi tersebut ketinggian air sekitar 50 cm, memang dibandingkan beberapa hari lalu ketinggian air mulai surut, tetapi tidak menutup kemungkinan air kembali meninggi," kata Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Lampung Taufik Hidayat di Bandar Lampung, kemarin. Hingga kemarin, pihak Dinas Bina Marga Provinsi Lampung masih kesulitan memperbaiki jalan yang rusak. Mereka baru bisa memperbaiki ruas jalan yang airnya sudah mulai surut. Dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng), Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya memperkirakan banjir di daerah ini akan terus berlanjut hingga April 2005. Menurut Kepala BMG Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya Hidayat, hal itu berdasarkan perkiraan tingginya curah hujan yang terjadi saat ini dan tiga bulan ke depan. Saat ini, banjir masih mengenangi lima desa di Kecamatan Mentangai, Kabupeten Kapuas, yakni Desa Tanjung Kalanis, Tumbang Moroi, Lapetan, Katunjung, dan Desa Tumbang Mangutup. Ketinggian air di lima desa itu mencapai 2,5 meter sehingga warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Banjir juga masih melanda di sejumlah kabupaten lainnya seperti Kabupaten Barito Utara, Barito Selatan, Murung Raya, dan Kota Palangkaraya. (AY/VI/SS/N-3) Post Date : 19 Januari 2005 |