|
SUMBER, (PR).- Ribuan hektare sawah di Kabupaten Cirebon dinyatakan puso akibat terendam air selama sepekan lebih. Sawah yang puso itu hampir tersebar merata, khususnya di kecamatan sentra padi di Pantura dan sepanjang perbatasan dengan Kabupaten Indramayu. Laporan Dinas Pertanian setempat yang diperoleh "PR", Senin (24/1) mengungkapkan cukup luasnya sawah yang mengalami puso. Tercatat sedikitnya 1.126 ha yang tanaman padinya mati akibat terendam air setinggi 30 - 50 cm selama sepekan lebih. Catatan itu, diperkirakan juga akan terus meluas. Dikarenakan, belum seluruh kecamatan sentra padi menyampaikan laporan akibat banjir yang melanda areal persawahan selama dua pekan terakhir ini. Kondisi terparah terjadi di Ds Bayangu Kec. Gegesik dengan areal puso seluas 170 Ha. Sedangkan sejumlah daerah lumbung padi yang tanaman padinya mati akibat rendaman air meliputi Panguragan seluas 130 ha, Pegagan Kidul dan Kertasura (Kapetakan) masing-masing seluas 71 dan 63 hektare serta di Ds. Grogol (Cirebon utara) seluas 50 ha, tanaman padi yang mati juga terjadi di hamparan sawah luas di sejumlah desa di Kec. Gegesik, Cirebon Utara, Susukan, Panguragan dan Kec. Kapetakan. Pusonya ribuan hektare sawah itu menjadikan petani kalang kabut, terutama dialami petani dengan modal pas-pasan. Tidak sedikit petani yang putus asa karena merasa modalnya sudah habis. "Kami jelas kalang kabut. Modal kemarin saja diperoleh dengan utang ke rentenir, sekarang malah mati," kata Surdin, petani Gegesik. Hal sama juga dikemukakan oleh puluhan petani di Kapetakan. Mereka mengaku telah menderita rugi besar akibat kematian tanaman padinya. "Hanya yang disesalkan, kematian ini karena rendaman yang diakibatkan oleh pembangunan sodetan Kalimalang," tutur mereka. Petani di Kapetakan juga tengah berusaha meminta kompensasi atas pembangunan sodetan yang menyebabkan areal sawahnya terendam air sampai sepekan lebih. Hanya saja, mereka tidak tahu harus mengajukan tuntutan kemana. "Kemana kami harus mengajukan tuntutan. Kita minta Pemkab Cirebon turun tangan ikut mengatasi kesulitan yang kami derita," ujar para petani di Suranenggala. Curah hujan tinggi Kepala Dispertan Cirebon, Ir. Ali Effendi, M.M. membenarkan matinya ribuan hektar tanaman padi di wilayah kerjanya akibat terendam air yang cukup tinggi dan lama. Dijelaskan, dalam dua pekan ini, curah hujan meningkat dengan tajam. Di Cirebon yang areal pertaniannya kebetulan berada di daerah ujung, banjir diperparah dengan air kiriman yang mengalir melalui berbagai sungai pembuang. Bahkan untuk daerah di sepanjang pesisir pantai, banjir makin diperparah dengan air laut pasang. "Untuk Kapetakan, ada sebab khusus, yakni sodetan Kalimalang yang pembangunannya terlihat belum selesai. Kita akan mengoordinasikan dengan PU Pengairan untuk soal sodetan itu," ujar Ali. Dijelaskan, banjir telah menggenangi sawah seluas 1.484 hektare. Namun demikian, hingga Senin (24/1) kemarin, tanaman padi yang mati atau puso seluas 1.126 hektare. Berkaitan keluhan petani yang kesulitan akibat tidak memiliki modal untuk tanam kedua kalinya itu, pihaknya sudah menyampaikan permohonan bantuan benih ke Departemen Pertanian (Deptan) Pusat, Pemprov Jabar dan Pemkab Cirebon. Pihaknya kini telah menghitung jumlah kebutuhan benih untuk tanam ulang itu mencapai 28, 15 ton. Jumlah tersebut dikalkulasikan dengan perhitungan 25 kilo benih untuk tiap hektarnya Untuk permasalahan ini, pihak kami telah melaporkan kepada Dinas Pertanian Provinsi dan Departemen Pertanian Pusat di jakarta. Kami meminta agar Dispertan Provinsi Jabar, dan Deptan Pusat berkenan memberikan bantuan berupa benih padi yang nantinya akan disalurkan kepada para petani, yang khususnya areal sawah mereka tergenang air sehingga padinya puso, ujar Ali.(A-93) Post Date : 25 Januari 2005 |