Cirebon, Kompas - Sekitar 3.000 hektar tanaman padi di Kabupaten Indramayu dan Cirebon, Jawa Barat, terancam rusak akibat banjir. Genangan air berpotensi membuat hama keong dan wereng menyebar luas.
Sementara itu, warga korban banjir di Pamanukan, Kabupaten Subang, berharap pemerintah segera mengeruk Sungai Cigadung, Pangaritan, dan Kalensema karena kian dangkal dan sempit. Ketiga sungai rutin memicu banjir saat hujan turun.
Di Indramayu, berdasarkan data Satuan Penanggulangan Bencana, tercatat ada 2.900 hektar sawah terendam banjir. Adapun di Cirebon, banjir melanda persawahan di Gegesik dan Kapetakan seluas 100 hektar.
Rabu (19/1), air masih menggenang tinggi di persawahan. Di Krangkeng, Kabupaten Indramayu, air merendam tanaman padi berumur 1 bulan.
Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Takmid, banjir terparah di Kecamatan Patrol, Kandanghaur, dan Bongas. Untuk mengantisipasi dampak banjir, dinas menyiapkan 25 ton bibit padi untuk menanam ulang.
Petani yang punya sawah di sekitar muara sungai diminta lebih waspada dan meninggikan bedeng sawah agar air dari sungai tidak mudah limpas ke sawah. Cara lain, menormalisasi sungai di sekitar sawah mereka.
Mulai surut
Secara umum banjir yang sempat merendam pemukiman di sejumlah kecamatan kemarin mulai surut. Hanya beberapa rumah yang masih terendam, termasuk sebuah sekolah dasar di Desa Bugel, Kecamatan Patrol. Warga mulai membersihkan sisa air dan lumpur di rumah mereka. Sebagian warga yang mengungsi juga kembali ke rumahnya.
”Dari 200-an warga yang kemarin (Selasa) mengungsi, kini tinggal warga desa yang sudah tua, warga yang rumahnya rusak diterjang banjir, dan yang rumahnya persis di pinggir sungai yang meluap,” kata Kepala Desa Bugel, Abdul Gani.
Di Kapetakan, Kabupaten Cirebon, banjir di sawah mulai surut. Petani terpaksa menanam ulang padi mereka. Sajikin (45), petani asal Kapetakan, mengatakan harus mengganti padi di sawahnya seluas 0,7 hektar karena terendam air selama empat hari.
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cirebon Ali Efendi mengatakan, persawahan di wilayah Cirebon bagian utara berpotensi kena banjir karena posisinya di cekungan. Namun, penataan pengairan di persawahan sudah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat.
Di Pamanukan, Kabupaten Subang, luapan Sungai Cigadung, Pangaritan, dan Kalensema sudah dua kali menggenangi kawasan itu. Selasa (18/1), banjir merendam 5.445 rumah, sembilan rumah ibadah, dan empat sekolah di empat desa di Kecamatan Pamanukan. Rabu pagi, genangan telah surut, tetapi warga waswas banjir datang lagi.
”Hujan 3-4 jam saja sungai sudah meluap. Kedalaman sungai Kalensema tinggal 2-3 meter, dan saat surut lebarnya kurang dari 2 meter. Banyak rumah dan bangunan berdiri di daerah alirannya,” kata Dirja (55), warga RT 26 RW 11 Desa Mulyasari.
Menurut Dirja, pemerintah beberapa kali berencana mengeruk sungai, tetapi belum terealisasi dalam empat tahun terakhir. Akibatnya, belakangan ini banjir lebih sering terjadi. Warga juga selalu cemas saat hujan turun lebih lama atau lebih lebat.
Kepala Desa Mulyasari Oing Tohir mengatakan, Pemerintah Kabupaten Subang berencana membangun embung untuk mengurangi risiko banjir. Empat hektar lahan telah dibebaskan sejak 2006. Namun, pembangunan terkendala oleh terbatasnya anggaran daerah.
Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Subang Wuryanto menambahkan, selain Pamanukan, banjir yang melanda pantai utara Subang telah surut. Bantuan berupa 1,8 ton beras, 41 dus mi instan, dan 5.500 karung telah didistribusikan kepada para korban. Selain pendangkalan dan penyempitan sungai, banjir juga dipicu tingginya curah hujan di sepanjang daerah aliran sungai.(nit/mkn/tht)
Post Date : 20 Januari 2011
|