|
Jakarta, Kompas - Program Revitalisasi Kota Tua yang digarap oleh Jakarta Old Town- Kotaku bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan dicanangkan Minggu (12/12). Pencanangan akan diawali dengan aksi membersihkan Kali Besar yang kotor dan bau. Program yang telah direncanakan sejak zaman Gubernur Ali Sadikin itu bertujuan mengembalikan kota tua Batavia menjadi seperti semula ketika dibangun. Berkaitan dengan itu, Jakarta Old Town-Kotaku (JOK) sudah membuat nota kesepahaman dengan Pemprov DKI Jakarta. "Kami ingin Old Batavia menjadi pusat bisnis, budaya, tempat tinggal, dan aktivitas sosial. Kami akan membuat kota tua secantik mungkin dengan bekerja sama dengan pemilik gedung, Pemprov DKI Jakarta, dan semua pemangku kepentingan," kata Ketua Dewan Pengurus JOK Miranda Swaray Goeltom, Kamis (9/12). Penanggung jawab program dalam revitalisasi kota tua terdiri atas pengusaha dan pemerhati kota tua seperti Gilbert Wiryadinata, Magdalena Liela Ubaidi, Farid Harianto, Shanti L Poesposoetjipto, Budi Lim, dan Pingki Pangestu. "Tujuh orang atau seven samurai itu juga adalah dewan pendiri JOK," ujar Miranda. Dalam aksi Kali Besar Bersih itu, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) akan menyumbang Rp 100 juta. "Aksi Kali Besar Bersih sendiri sudah kami awali sekitar tiga bulan lalu dengan biaya sendiri. Memang tidak panjang, hanya 600 meter saja mulai dari Bank Indonesia (BI) lama sampai jembatan gantung Kota Intan. Yang kami lakukan antara lain menaruh jaring sampah dan juga membuat kali tidak bau," jelas Liela Ubaidi. Selain itu, pihak BI juga akan membangun museum BI yang direncanakan dimulai awal tahun 2005. "Kami akan mengonservasi gedung dan membuat museum menjadi sarana edukasi dan rekreasi. Tender dilakukan secara tertutup," ujar Direktur Pengembangan UKM BI Ashadi. Wakil Ketua JOK Shanti Poesposoetjipto mengaku telah mengidentifikasi persoalan sosial budaya masyarakat yang hidup di kota tua. "Ternyata, kota tua itu sangat berciri khas. Nantinya, kami akan mengembalikan lagi kondisi itu dengan membuat zona-zona. Ada zona wisata, zona ekonomi, bisnis, dan lain-lain," jelasnya. Banyaknya pedagang kaki lima di sekeliling Stasiun Beos atau di sepanjang Jalan Hayam Wuruk, menurut Gilbert Wiryadinata, tidak akan diusik, apalagi diusir. Para PKL akan ditata dan diberi tempat yang selayaknya. "Masalah PKL memang sulit. Pemilik lama tidak mau jualan lagi karena sudah dikuasai PKL, sementara PKL harus menyetor ke pihak-pihak tertentu. Namun, kami sudah mempunyai konsep penataan PKL," ujarnya. Gilbert mengaku sudah menghubungi tokoh masyarakat seperti dari Pinangsia, Pancoran, dan Kota. (IVV) Post Date : 10 Desember 2004 |