Rendeng, Giliran Solo Utara Terendam

Sumber:Indo Pos - 26 Desember 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
SOLO - Setelah sejumlah kampung di Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, direpotkan oleh banjir, hujan deras di masa rendeng (penghujan) kemarin "menenggelamkan" kampung di wilayah Solo Utara. Dua kampung di kawasan Bonorejo dan Sambirejo, Kelurahan Kadipiro, Banjarsari kemarin ditelan air.

Bahkan, ketinggian air di kawasan Bonorejo Selatan mencapai satu meter sehingga memasuki rumah-rumah penduduk. Akibatnya, warga pun kelimpungan membersihkan genangan air yang ada di halaman dan teras rumah mereka.

Warga setempat juga turun ke jalan untuk membongkar saluran air yang ditengarai tersumbat, supaya ketinggian air tak semakin naik. Jalan menuju kampung juga ditutup, supaya tidak tak ada warga yang terjebak. Beberapa warga lain terlihat mengangkuti perabot rumah tangga mereka, agar tidak terendam lebih parah.

Tidak hanya kampung yang "tenggelam", dua jalan utama Solo di kawasan kampung itu -- Jalan Piere Tendean dan Jalan Sumpah Pemuda-- praktis berubah menjadi sungai kecil. Meski ketinggian air hanya sebatas paha, tetap saja merepotkan para pengguna jalan. Lalu lintas pun sempat macet saat itu. "Ini yang paling parah Mas. Kalau hujan derasnya sehari penuh, pasti semua sudah pindahan (dari kediamannya di kampung itu)," ujar Dwi, warga Bonorejo yang mencoba membendung arus air yang mengalir deras di jalan depan rumahnya.

Menurut warga, setiap kali hujan turun jalanan di kampung Bonorejo memang selalu berubah menjadi selokan. Sebab, arus air dari Utara Jalan Sumpah Pemuda --asal kampung dari Sambirejo-- masuk semua ke Bonorejo.

Namun, hujan yang turun sejak pukul 13.00 hingga 16.00 kemarin dinilainya paling fatal selama >rendeng< ini. Apalagi, air sudah mulai merambah ke rumah penduduk. Jika tak diantisipasi, bisa saja merusak perabot rumah tangga mereka. Padahal, Dwi sudah menambah tinggi posisi teras rumahnya sejak awal bulan lalu. Namun, hujan yang cukup lama dan deras menjadikan usahanya itu tak berguna. "Ini terjadi setelah palang (pintu perlintasan kereta api) Joglo dilebarkan, Mas," gerutu warga lainnya.

Menurut para warga, setelah perlintasan Joglo dibangun dan dilebarkan air semakin deras mengalir ke Sambirejo dan Bonorejo. Dia menduga, di sekitar perlintasan itu tidak ada selokan atau saluran yang mampu menampung air saat hujan deras turun. Maka, air meluap ke jalanan dan kampung-kampung. "Sudah dua tahun ini bertambah parah," sergah Agus, seorang warga Sambirejo.

Agus mengatakan, jika tak segera diatasi tidak menutup kemungkinan hari-hari berikutnya air akan lebih tinggi lagi. Hal senada diungkapkan Deni, warga Jalan Piere Tendean. Dia heran melihat air semakin tinggi saja menggenangi jalan ramai itu. Bahkan, di sisi Barat jalan, warga yang rumahnya ada di tepi jalan harus menciduki air yang masuk ke rumah dengan alat seadanya. Jalanan pun macet karenanya.(mad)

Post Date : 26 Desember 2005