|
Butir-butir keringat menghiasi wajah Karsiti yang tampak lelah. Maklum, terik matahari pukul 11 memanggangnya. Di tangan kanan dan kiri, tertenteng ember. Dua jam dia telah berada di antara antrean sepanjang sekitar 20 meter itu. "Ini kesibukan baru kami kalau pagi hari," ujar perempuan 54 tahun ini kemarin. Karsiti tak punya pilihan lain. Sumur di belakang rumahnya sudah sebulan lalu tidak mengeluarkan air lagi. "Kalaupun airnya keluar, itu sudah bercampur dengan Lumpur dan bau," ibu empat anak ini menerangkan. Demikian pula warga Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Purwokerto, lainnya. Setiap musim kemarau, air bersih seolah menghilang. Kali ini warga tak tahan lagi. Mereka membongkar saluran air milik Perusahaan Daerah Air Minum yang melewati jalan desa mereka. Banyumas memang kesulitan air bersih. Bahkan ancaman krisis air bersih di depan mata. Menurut data Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 85 persen mata air di Banyumas menghilang hanya dalam kurun waktu empat tahun. Dari ribuan mata air, kini hanya tersisa 444 mata air untuk menghidupi 1,7 juta jiwa penduduk Banyumas. Menghilangnya mata air tersebut seharusnya menjadi peringatan bagi masyarakat Banyumas untuk lebih memperhatikan lingkungan hidup. "Kalau tidak serius ditangani, 15 tahun lagi Banyumas akan krisis air bersih," kata Wisnu Hermawanto, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan. ARIS ANDRIANTO Post Date : 11 Juni 2008 |