|
SUMENEP--Gara-gara tagihan rekening melonjak hingga hampir 100 persen, sejumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sumenep mengancam akan memutuskan jaringan pipa ke rumah mereka. Di antara pelanggan itu bahkan ada yang mulai menggali sumur bor sendiri. Menurut informasi yang dihimpun Republika, dalam beberapa bulan terakhir ini sejumlah pelanggan sering mengeluhkan tagihan rekeningnya. Pasalnya, tagihan setiap bulan pemakaian air mereka di PDAM ternyata membengkak bakan sampai ada yang mencapai 100 persen dari pemakaian sebelumnya. Salah sorang pelanggan di kawasan Kota Sumenep, Hodai mengatakan, sebelumnya, tagihan paling besar pemakaian airnya Rp 50 ribu per bulan. Itu pun jarang yang sampai mencapai angka tagihan sebesar Rp 50 ribu itu. ''Biasanya tagihan rekening PDAM saya paling banter ya Rp 45 ribu atau Rp 47 ribu tiap bulan. Kalau pun naik biasanya sampai Rp 50 ribu tapi jarang,'' kata dia. Namun semenjak beberapa bula terakhir ini dia begitu kaget ketika tagihan rekening PDAM dia mencapai Rp 100 ribu lebih. Padahal, jelas dia, pemakaian air bersih tidak bertambah sebagaimana pada bulan-bulan sebelumnya. Karena itu dia mempertanyakan masalah itu kepada petugas PDAM setempat. Ungkapan senada juga dikemukakan Cholis, pelanggan di Jl Kepanjen, Sumenep. Dia mengemukakan, sebelumnya ia hanya terkena tagihan rekening PDAM itu paling tinggi Rp 40 ribu per bulan. Namun dalam dua bulan terakhir ini tagihan rekeningnya terus melambung antara Rp 80 ribu hingga Rp 90 ribu. Dia kemudian berusaha mencari sebab kenaikan tagihan rekening PDAM itu. Selain karena memang tarif harga air bersih telah dinaikkan oleh PDAN yaitu menjadi Rp 900 per m3, juga diduga berkaitan dengan hutang PDAM sebesar Rp 7 miliar yang kini mulai dibebankan kepada kalangan pelanggan. ''Kalau memang hutang PDAM itu kemudian menjadi beban kami kalangan pelanggan itu tidak fair. Sebab hutang itu bukan kami yang makan, kami hanya memakai airnya dan telah membayar sebagaimana biasanya,'' katanya. Direktur PDAM Sumenep, Drs Didik Untung Samsidi MM membenarkan, sampai kini hutang perusahaan air yang dipimpinnya itu masih mencapai Rp 7 miliar dari warisan manajemen terdahulu. Namun dia membantah mewariskan hutang itu ke pelanggan. Menurut dia, adanya lonjakan tagihan rekening itu akibat penertiban pemakaian air bersih dari pipa PDAM kepada pelanggan yang selama ini sering tidak cocok dengan jumlah pemakaian yang tercantum di PDAM. Dia mengaku telah melakukan survei untuk menertibkan pemakaian air bersih itu. ''Dari hasil survei itu ditemukan, penghasilan yang masuk ke PDAM hanya sekitar 35 persen. Selebihnya menguap di tengah jalan. Jadi kami kemudian melakukan penertiban dan kini berangsur penghasilan PDAM mulai tertib,'' tandas dia. Laporan : arm Post Date : 26 Oktober 2004 |