Rawa Harus Dilindungi

Sumber:Kompas - 17 April 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Palembang, Kompas - Banjir yang melanda Palembang pada Rabu (16/4) salah satu penyebabnya adalah semakin sempitnya kawasan rawa. Rawa yang berfungsi sebagai daerah resapan air, terutama saat turun hujan, terus-menerus ditimbun dan diperkeras untuk didirikan bangunan di atasnya.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel Sri Lestari Kadariah mengungkapkan, sejak tahun 2002 pihaknya sudah mengingatkan bahwa banjir di Palembang akan semakin parah jika kawasan rawa yang ada terus ditimbun.

Walhi Sumsel mencatat sekitar 50 persen kawasan rawa di Palembang sudah dialihfungsikan sebagai kawasan bisnis maupun perumahan. Berdasarkan catatan Kompas, dari 40.000 hektar luas wilayah Palembang, luas lahan rawa mencapai 21.000 hektar atau 54 persen. Kini luas rawa hanya tersisa 30 persen dari luas wilayah.

”Memang pembangunan Kota Palembang dan pertumbuhan jumlah penduduk tidak bisa dihentikan. Namun, seharusnya ada kawasan rawa yang ditetapkan tidak boleh untuk dialihfungsikan dan harus dilindungi,” kata Sri.

Menurut Sri, perda tentang rawa hanya menekankan pada perolehan retribusi daripada penyelamatan lingkungan. Perda tersebut mengizinkan penimbunan rawa, asalkan membayar sejumlah retribusi.

Jumlah kolam retensi di Palembang sebanyak 18 buah, kata Sri, sudah tidak mampu menampung limpahan air akibat semakin sempitnya kawasan rawa.

Kendaraan mogok

Berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah lokasi, banjir yang menggenangi jalan sangat mengganggu aktivitas. Puluhan sepeda motor mogok ketika coba melewati genangan air setinggi lutut. Bahkan, beberapa mobil juga ada yang mogok.

Nurul Huda, pemakai jalan yang sepeda motornya mogok di Jalan Mayor Salim Batubara, mengaku, banjir menyebabkan aktivitasnya sangat terganggu karena terlambat datang ke kantor.

”Biasanya banjir di sini bisa saya terobos dengan sepeda motor. Namun, banjir kali ini luar biasa. Sepeda motor saya sampai mogok,” katanya.

Menurut Medy, pemilik sepeda motor yang mogok di Jalan Bay Salim, dia terpaksa menghabiskan waktu hanya untuk memperbaiki sepeda motornya. Kondisi itu, kata Medy, sangat mengganggu pekerjaannya yang setiap hari bolak-balik melalui jalan tersebut. (WAD)



Post Date : 17 April 2008