|
Jakarta, Kompas - Sekurangnya 40 persen lahan Suaka Margasatwa Angke, Jakarta Utara, tercemar sampah. Koordinator Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam Resijati Wasito yang ditemui Selasa (26/2) menjelaskan, saat ini sampah menutup permukaan akar hutan bakau. Areal yang tercemar sampah sekitar 10 hektar dari 25,02 hektar total areal konservasi. ”Kesadaran masyarakat kita masih rendah. Warga Jakarta dan kawasan hulu masih membuang sampah ke sungai. Ini mengakibatkan rusaknya kawasan konservasi yang penting bagi penyangga keseimbangan alam di Jakarta,” kata Resijati. Sampah plastik dapat membunuh hutan rawa bakau. Pelbagai spesies pohon di hutan rawa itu memiliki akar napas di tanah yang tak dapat mengisap karbon jika tertutup. Saat ini tersisa sekitar 20.000 tegakan pohon khas vegetasi rawa pesisir Jawa di Suaka Margasatwa Angke. Sejumlah spesies khas, meliputi bidara (Sonneratia Sp), api-api (Avicenia Sp), jangkar (Bruguiera Sp), bakau-bakau (Rhizopora Sp), nipah (Nypha fructicians), warakas (Acrostichum aureum), dan seruni (Widelia biflora) hidup di Suaka Margasatwa Angke. Ada satu jenis tanaman yang sudah langka hidup di sana, yakni rotan (Calamus Sp) yang berbeda dengan tumbuhan sejenis di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Menurut pantauan Kompas, pelbagai sampah, terutama plastik, mengotori permukaan akar hutan bakau yang terletak di sebelah Perumahan Pantai Indah Kapuk dan berseberangan dengan Perumahan Pluit serta Pelabuhan Muara Angke. Aliran deras Sungai Angke menghanyutkan berton-ton sampah, termasuk plastik, yang sebagian masuk ke areal konservasi. Upaya memasang jaring untuk menahan sampah tak banyak bermanfaat karena arus sungai deras dan merusak jaring. Resijati dan sejumlah relawan setiap hari membersihkan sampah dengan perahu dayung kecil di Suaka Margasatwa Angke. Pelbagai jenis sampah, seperti styrofoam, balok kayu, hingga kasur terlihat mengotori areal itu. Tumpukan sampah plastik yang telah diangkat disusun di atas titian kayu bangkirai yang membelah Suaka Margasatwa Angke. Selain sampah, ancaman perambahan oleh oknum tertentu juga terus mengganggu wilayah itu. Resijati bersama sejumlah petugas baru saja merobohkan beberapa gubuk liar di Taman Wisata Alam Angke-Kapuk yang terletak tak jauh dari Suaka Margasatwa Angke. Sebagian perambah membuat tambak dan memotong pohon di areal itu. Monyet Ancol Suaka Margasatwa Angke menjadi pengungsian terakhir bagi monyet Ancol yang terdesak dari kawasan Ancol ke arah barat pada tahun 1970-an hingga 1980- an. Monyet Ancol itu adalah spesies Macaca vascicularis. ”Sekarang sudah ada sekitar 100 monyet yang hidup dalam empat kawanan. Mereka adalah keturunan Si Kondor, monyet terkenal di Ancol,” katanya. Sejumlah kera terlihat bermain di dekat titian kayu dan menara pengamat. Mereka mencari makan dari buah-buahan pohon pidada dan nipah. Monyet tersebut juga kerap berburu makanan di permukaan rawa saat surut untuk berburu kepiting. (ong) Post Date : 27 Februari 2008 |