Ratusan Warga Rusak Fasilitas Pengelolaan Sampah di Bojong

Sumber:Kompas - 05 Oktober 2004
Kategori:Sampah Jakarta
Bogor, Kompas - Menyusul terjadinya aksi massa yang merusak sejumlah fasilitas di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bojong, Kepala Kepolisian Wilayah Bogor Komisaris Besar Bambang Wasgito memerintahkan Kepala Kepolisian Resor Bogor Ajun Komisaris Besar Moch Taufik agar menutup dan menyatakan status quo TPST Bojong.

Perintah Kepala Kepolisian Wilayah (Polwil) Bogor itu disampaikan dalam dialog dengan sekitar 100 warga seputar lokasi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bojong dan Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Slamet Daryoni, yang menolak pengoperasian TPST Bojong, Senin (4/10) siang di rumah penduduk setempat.

Sebelumnya, ratusan warga melakukan aksi memblokir jalan-jalan menuju TPST untuk menyatakan penolakan atas pengoperasian TPST yang masih dalam tahap uji coba. Sejak Minggu malam massa telah menebangi pohon dan membiarkannya menghalangi jalan sehingga tak ada satu kendaraan pun yang bisa melintas.

Aksi juga diwarnai dengan perusakan kantor, asrama karyawan, pos satuan pengamanan (satpam), dan ruang timbang. Sejumlah barang yang berada di kantor, seperti komputer, dan peralatan kantor milik PT Wira Guna Sejahtera (WGS), pengelola pengolahan sampah TPST Bojong, tak luput dari amukan massa.

"Seusai dialog ini, masyarakat hendaknya mengangkat dan membersihkan batang aneka macam pohon dan tanaman lainnya yang dipasang di tengah jalan agar jalur jalan untuk kepentingan umum tidak terganggu," kata Bambang.

"Kalau ada hal-hal yang tidak Anda kehendaki terjadi, laporkan kepada saya. Akan saya tindak. Begitu pula bila mengetahui ada mobil yang membawa sampah akan masuk. Catat (nomor) mobilnya, laporkan kepada polsek setempat atau langsung melalui HP saya. Ingat, jangan main hakim sendiri," kata Bambang Wasgito sambil menyebutkan nomor telepon selulernya.

Pada kesempatan tersebut Bambang juga menegaskan bahwa masalah TPST Bojong, yang selama ini ditangani di tingkat Kepolisian Sektor (Polsek) Klapanunggal dan Kepolisian Resor (Polres) Bogor, akan ditarik ke Polwil Bogor. "Karena itu, saya minta kepada perwakilan warga di tujuh desa yang bersangkutan, yang tahu permasalahannya, hendaknya menyampaikan masalah terkait secara tertulis kepada saya. Selain itu, saya juga akan mengundang wakil warga setempat, pimpinan PT WGS, dan Pemerintah Kabupaten Bogor untuk menuntaskan kasus ini," katanya.

Bambang mengingatkan agar warga jangan ragu dan khawatir terhadap dirinya. "Saya tidak mengenal PT WGS dan saya akan tindak tegas bila ditemukan pelanggaran atau kasus yang bakal timbul, seperti yang Anda tidak kehendaki. Tak ada seperak pun saya terima dari perusahaan itu," ujarnya.

Ia juga mengimbau agar masyarakat jangan main hakim sendiri dan jangan sampai disusupi oleh pihak luar yang memanfaatkan situasi. "Dampaknya, Anda semua yang susah, sementara pihak lain yang enak," paparnya.

Menjarah uang

Aksi massa menolak keberadaan TPST Bojong sebenarnya sudah sering terjadi. Hari Sabtu lalu mereka sempat melempari puluhan orang yang disebut-sebut sengaja didatangkan pihak pengelola untuk menyaksikan uji coba pengoperasian TPST menggunakan sampah dari Kabupaten Bogor (Kompas, 3/10). Uji coba TPST itu sendiri sudah dilakukan beberapa waktu lalu.

Sejak Minggu malam, massa kembali melakukan aksi. Mereka memblokir jalan menuju TPST dari arah Klapanunggal dan dari arah Jalan Raya Jonggol-Cileungsi sepanjang sekitar tujuh kilometer. Penutupan jalan itu dilakukan dengan menebangi pepohonan di tepi jalan. Batang pohon itu kemudian digeletakkan di tengah jalan. Batang pisang juga diletakkan melintang sepanjang jalan.

Upaya tersebut dimaksudkan untuk mencegah truk pengangkut sampah masuk ke TPST Bojong. Sebab, masyarakat yang memprotes uji coba pengoperasian TPST memperoleh informasi, hari Senin kemarin akan masuk sejumlah truk sampah sebagai pelaksanaan uji coba. Kegiatan ini akan ditinjau sejumlah pejabat dari DKI Jakarta yang dipimpin Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

Dalam kaitan itu, kemarin sekitar pukul 11.00 ribuan warga berkumpul di depan pintu gerbang TPST. Tiba-tiba ratusan orang menjebol pintu gerbang yang terkunci. Karyawan TPST, termasuk petugas satpam, sebagian telah mengamankan diri ke rumah penduduk setempat. Beberapa saat kemudian polisi berdatangan.

Massa kemudian masuk ke lokasi TPST dan melakukan aksi perusakan kantor, asrama, ruang timbang, dan pos satpam. Dalam situasi tak terkendali itu diketahui dua telepon seluler dan uang tunai sekitar Rp 1,3 juta milik kantor hilang.

Warga setempat menyebutkan, aksi tersebut dipicu oleh pihak PT WGS yang memaksakan untuk melakukan uji coba pengoperasian TPST kendati tak dikehendaki warga sekitar lokasi. "Kami berharap, selama status quo ini pihak PT WGS tidak coba-coba melakukan uji coba atau memasukkan truk sampah pada tengah malam secara diam-diam," kata Direktur Walhi Jakarta Slamet Daryoni.

Sejauh ini belum diketahui berapa nilai kerugian PT WGS akibat aksi massa tersebut.

Disesalkan

Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menyesalkan terjadinya aksi massa tersebut. "Polisi seharusnya menangkapi saja para (pelaku) perusakan itu. Kita memiliki hukum. Jadi, siapa pun janganlah berbuat seenaknya," ujarnya.

Sutiyoso juga berharap, Pemerintah Kabupaten Bogor bisa mengatasi masalah penolakan dan perusakan itu. Sebab, katanya, dalam konteks ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebetulnya menyewa lahan pengolahan sampah itu. (pun/OSA)

Post Date : 05 Oktober 2004