Palu, Kompas - Banjir yang sudah lebih dari sepekan melanda sembilan desa di Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, hingga kini belum surut.
Kendati di beberapa desa banjir mulai surut, di sejumlah desa lain ketinggian luapan air malah bertambah hingga lebih dari 2 meter. Khawatir luapan air kian besar, ratusan warga kini mengungsi.
Camat Petasia A Parenrengi, yang dihubungi dari Palu, Rabu (24/3), mengatakan, di beberapa desa ada yang airnya mulai surut 20 sentimeter, tetapi ada juga yang naik hingga 50 sentimeter. Lebih dari 100 keluarga mengungsi di sekitar desa yang terendam. Mereka menumpang di rumah kerabat dan tetangga yang rumahnya belum terendam.
”Kami terus memantau ketinggian air. Bila keadaan memburuk, warga akan diungsikan ke tempat pengungsian yang sudah disiapkan,” kata Parenrengi.
Menurut dia, untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, posko pengungsian sudah disiapkan, antara lain di Desa Tiu, Mondowe, dan Bunta. Obat-obatan sudah disiapkan di puskesmas terdekat, yakni di Kolonedale.
Pada sembilan desa di Kecamatan Petasia itu lebih dari 800 rumah warga dan ratusan hektar kebun kakao, padi, dan palawija terendam. Desa-desa itu adalah Desa Moloeono, Togo, Togo Mulya, Bunta, One Pute, Tompira, Sampa Lowo, Koromatantu, dan Modowe.
Dua desa di antaranya merupakan lokasi transmigrasi, yakni Desa Bunta dan Togo Mulya.
Banjir disebabkan luapan Sungai Laa yang hulunya berada di wilayah Mori Atas dan Mori Utara di Kabupaten Morowali serta di Pamona Timur, Kabupaten Poso. Wilayah hulu Sungai Laa relatif berdekatan.
Morowali adalah daerah pemekaran dari Poso. Muara sungai ini adalah Petasia, jembatan Tompira, dan terus ke laut.
Kejadian banjir seperti ini terjadi hampir setiap tahun dan merugikan warga karena banjir sering datang saat tanaman menunggu panen atau saat baru ditanam. Tak hanya merendam rumah, air juga merendam sebagian jalan menuju Kolonedale, salah satu kecamatan di Morowali yang dulunya ibu kota sementara, sebelum dipindah ke Bungku.
Sebagian wilayah Morowali tergolong rawan banjir. Penyebabnya adalah rusaknya sebagian hutan di wilayah ini. Tahun 2007, banjir bandang di Kecamatan Bungku mengakibatkan lebih dari 60 warga tewas. (REN)
Post Date : 25 Maret 2010
|