Ratusan Warga Mengungsi

Sumber:Pikiran Rakyat - 06 Desember 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SOREANG, (PR).- Banjir di seputar Kec. Dayeuhkolot dan Kec. Baleendah semakin luas dan permukaan air meninggi. Warga semakin banyak yang memilih pergi ke tempat pengungsian setelah air naik hingga 1,5 meter. Di Taman Kota Baleendah, ratusan pengungsi menghuni tiga tenda yang telah dipasang sejak Kamis siang. Sebagian besar pengungsi adalah warga Kp. Cieunteung, yang sudah tidak sanggup lagi bertahan di rumah mereka.

Sebagian besar pengungsi tidak sempat membawa harta benda dan persediaan makanan, karena air naik dengan cepat pada Kamis (4/12) malam hingga Jumat (5/12) dini hari. "Tadi malam air naik lagi sekitar pukul 1.30 WIB. Di rumah saya air mencapai 1,5 meter. Perabotan rumah tangga saya amblas semua. Saya dan keluarga hanya bisa membawa pakaian yang melekat di baju dan peralatan salat," kata Emi (57), warga RT 01 RW 08, Kp. Cieunteung.

Untuk bertahan hidup, mereka hanya bisa mengandalkan bantuan makanan dari pemerintah dan donatur. Emi mengharapkan agar bantuan makanan, air bersih, dan pakaian segera datang.

Hal senada diungkapkan Ali Rohman (40), warga RT 01 RW 20, Kp. Cieunteung. Dia bersama keluarga dan 18 kerabatnya mengungsi ke Taman Kota hanya dengan membawa pakaian yang melekat di badan. Harta benda mereka seperti baju, pesawat TV, radio, dan lainnya, terendam banjir. "Saya sudah tinggal selama 15 tahun di Cieunteung. Saya sudah biasa dengan banjir, tetapi banjir yang ini yang paling besar," kata Ali.

Camat Baleendah Rully Hadiana yang ditemui di pengungsian, mengatakan, pihak kecamatan sudah mendirikan dapur umum di kantor Kecamatan Baleendah, yang dikelola oleh Palang Merah Indonesia (PMI), PKK, dan relawan lainnya. Setiap hari sekitar dua ribu nasi bungkus dikirim untuk para pengungsi, yang tersebar di Taman Kota, kantor DPC PDIP Kabupaten Bandung, Gedung Juang, kantor Kec. Baleendah, dan kantor Kel. Baleendah.

Pasokan air bersih, kata Rully, mengalami hambatan karena truk pengangkut air tidak bisa menembus banjir di Jln. Mohamad Toha. Akibatnya, pengiriman air bersih ke pengungsian terlambat. "Tetapi, setiap hari pasti datang 2 tangki air bersih dengan kapasitas masing-masing 5 ribu liter. Yang menjadi persoalan, air bersih itu cepat habis karena jumlah pengungsi sangat banyak," katanya.

Saat ini pemerintah Kec. Baleendah sedang mengupayakan agar Pemkab Bandung atau Pemprov Jabar bisa mengirimkan mesin pengolah air kotor menjadi air bersih, agar para pengungsi tidak kekurangan air bersih.

Di Kel. Baleendah dan Kel. Andir, SDN Mekarsari di Kp. Cieunteung dan SDN Andir 1 di Jln. Andir terendam hingga 2 meter. Menurut Rully, murid-murid di dua SD itu kemungkinan akan dipindahkan kegiatan belajar mereka ke tempat lain.

Untuk pengamanan para pengungsi dan rumah yang mereka tinggalkan, Polsek Baleendah dan Koramil 0609 Ciparay-Baleendah sudah menerjunkan personel mereka. Kapolsek Baleendah Ajun Komisaris Asep Deddy S. dan Danramil 0609 Letnan Satu (Inf.) Maulan, menegaskan aparat mereka disiagakan selama 24 jam penuh.

Pada Jumat (5/12), datang bantuan dari Pangdam III/Siliwangi Mayor Jenderal TNI Rasyid Qurnuen Aquary, berupa 1 ton beras dan 50 dus mi instan. Bantuan juga datang dari Pengurus Puseur Paguyuban Pasundan.

Meluas

Di Kec. Dayeuhkolot, hujan deras mengakibatkan banjir semakin tinggi dan meluas. Namun, pada Jumat siang, air kembali surut 30 cm-40 cm. Menurut Camat Dayeuhkolot Tata Irawan, sebanyak 150 KK pun telah kembali ke rumah masing-masing. Sementara itu, Tata menjelaskan, kondisi tanggul yang jebol di Bojong Citepus Desa Cangkuang Wetan sampai saat ini belum mengalami perbaikan. Pihaknya masih menunggu cuaca benar-benar stabil atau tidak hujan.

Mengenai banyaknya warga yang bekerja di pabrik-pabrik di sepanjang Jln. Moh. Toha-Dayeuhkolot, Tata telah mengirim surat rekomendasi agar pihak perusahaan memberikan dispensasi bagi karyawan yang rumahnya terendam banjir. Sebanyak 120 karyawan tiga pabrik besar di Dayeuhkolot rumahnya terendam banjir.

Berdasarkan pemantauan hingga Jumat siang, genangan air di Jln. Moh. Toha KM 7,3 dan KM 7,5 meluas dan meninggi. Akibatnya, puluhan truk berkapasitas besar yang memasok bahan baku ke pabrik-pabrik di sepanjang Jln. Moh. Toha tertahan di KM 7,3 dan angkutan kota tertahan.

Di Kecamatan Cikancung, hujan deras juga menyebabkan 850 rumah terendam air hingga ketinggian 1 meter. Jumlah warga yang menjadi korban banjir di Kec. Cikancung sebanyak 4.000 jiwa. "Air naik mulai pukul 20.00 WIB, Kamis (4/12) malam. Wilayah yang terendam banjir adalah Kp. Cimanuk, Desa Tanjunglaya," kata staf kantor Kesbang Kab. Bandung Ecep Kusnadi.

Air yang menerjang Cikancung berasal dari luapan Sungai Cikaras. Saat ini warga sudah dievakuasi ke rumah tetangga atau sanak keluarga mereka.

Hujan deras pada Kamis malam juga mengakibatkan ratusan rumah di Kec. Majalaya kembali terendam air. Namun, air kembali surut pada Jumat pagi.

Hujan deras juga mengakibatkan banjir dan longsor di Kec. Cicalengka pada Kamis malam. Longsor terjadi di lima titik ruas jalan Desa Tanjungwangi-Kota Kec. Cicalengka. Akibat longsor itu, jalur Tanjungwangi-Cicalengka putus total. Selain longsor, 300 rumah di Desa Panejoan dan Desa Babakan Peuteuy juga terendam banjir. Air dengan ketinggian mencapai 1,5 meter menerjang empat kampung di dua desa itu, yaitu Kp. Citarik, Kp. Kebonkalapa, Kp. Pangbaratan, dan Kp. Nagrog.

Sementara itu, rel kereta api (KA) di daerah Rancaekek dan Cicalengka terendam air hingga setinggi 20 cm. Akibatnya, operasional KA sempat terganggu hingga beberapa jam. Menurut Kepala Humas PT Kereta Api Daop II Bandung Mateta Rizalulhaq, air tersebut merupakan luapan dari beberapa sungai yang berada di sekitar rel KA.

Dengan kejadian itu, beberapa KA terganggu operasinya yaitu kereta Lodaya, Mutiara Selatan, dan Turangga. Meskipun masih tergenang air, pada pukul 12.30 WIB jalur tersebut sudah dapat digunakan kembali, dengan kecepatan terbatas.

Indramayu

Sementara itu, ribuan rumah penduduk di Desa Rambatan Kulon, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jumat (5/12) terendam banjir kendati intensitas curah hujan di wilayah itu belum maksimal. Banjir melanda kawasan itu akibat limpasan air dari Sungai Cimanuk yang debitnya terus meninggi dalam beberapa hari terakhir.

Selain menggenangi ribuan rumah di lingkungan RW 05, banjir juga merendam kawasan Pasar Bangkir serta SD Negeri Rambatan Kulon 1 dan SD Negeri Rambatan Kulon 3. Aktivitas pasar dan kegiatan belajar-mengajar di kedua sekolah tersebut terganggu genangan air.

Salah seorang guru di SD Negeri Rambatan Kulon 1, Mastaka kepada "PR" mengungkapkan, banjir mulai menggenangi lingkungan sekolahnya sekitar pukul 9.00 WIB. Pada awalnya air hanya menggenangi pelataran sekolah lalu merambat naik masuk ke sejumlah ruang kelas. Para siswa di kedua sekolah itu juga dipulangkan lebih awal, karena kebanyakan muridnya berasal dari RW 05 Desa Rambatan Kulon.

Sementara di Pasar Bangkir, banjir yang kurang dari tinggi lutut, menyebabkan banyak calon pembeli mengurungkan niat mereka. Warga menyebutkan, banjir di Desa Rambatan Kulon akibat tingginya debit air Sungai Cimanuk. Pintu air di Bendung Karet Rambatan Kulon yang berfungsi sebagai penyalur air ke saluran irigasi, kendati telah ditutup tidak mampu menahan. Air yang berada di atas permukaan pintu air tetap masuk ke saluran irigasi.

Sumedang

Di Sumedang, ratusan rumah penduduk lima desa di Kecamatan Ujungjaya dan Cimanggung, kembali diterjang banjir akibat meluapnya air sungai. Banjir susulan malam hingga pagi kemarin di dua kecamatan itu, kembali menggenangi ratusan rumah di Dusun Nanjungjaya, Desa/Kec. Ujungjaya, dan di empat desa di Kec. Cimanggung, masing-masing di Desa Sindangpakuon, Sukadana, Cihanjuang, dan Desa Mangunarga.

Banjir susulan di lima desa tersebut, tidak menimbulkan korban jiwa. Terlebih di Cinanjung, pada banjir susulan malam kemarin nyaris tak ada yang terjebak genangan air, karena sejak Rabu (3/12) rumah-rumah warga yang terkena banjir sudah dikosongkan.

Ketua Satlak PBP Sumedang H. Atje Arifin Abdullah, Jumat (5/12) menyatakan, pihaknya sementara ini baru bisa membantu upaya penanggulangan bersifat tanggap darurat. Atje Arifin, yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Kab. Sumedang, menyebutkan, untuk penanggulangan banjir jangka panjang di dua wilayah kecamatan itu, harus dilakukan penanggulangan permanen, yaitu dengan cara menormalisasi alur sungai penyebab banjir di kedua wilayah kecamatan itu, dan membuatkan tanggul penahan luapan permanen.

Untuk itu, Atje Arifin menyatakan, pihaknya akan segera mengirim surat permohonan upaya segera kepada pihak-pihak yang berwenang dalam hal pengelolaan kedua sungai tersebut.

Cirebon

Kabupaten Cirebon juga mewaspadai datangnya bencana banjir. Diperkirakan, pada pertengahan Desember 2008 curah hujan meningkat dan berpotensi menyebabkan bencana banjir. Data yang diperoleh "PR", Jumat (5/12), terdapat tujuh kecamatan rawan banjir, masing-masing Kecamatan Kapetakan, Suranenggala, Gunungjati, Gegesik, Panguragan, Waled, dan Losari.

Pemkab Cirebon melalui PSDA (Pengelola Sumber Daya Air), kini mulai mengaktifkan puluhan posko pengawas di daerah rawan banjir. Bahkan, di 32 titik sungai dan irigasi rawan banjir, dipasang fasilitas stasiun pengukur curah hujan.

"Sungai dan saluran irigasi rawan banjir dalam pengawasan ketat. Luapan dari sejumlah sungai itu bisa menggenangi areal seluas 6.000 ha, di antaranya daerah permukiman padat penduduk di Gunungjati dan perbatasan dengan Kota Cirebon," tutur Rohandi, Kepala Seksi Operasional dan Pemeliharaan Sungai PSDA.

Fasilitas irigasi yang rusak misalnya pintu air Si Jarak di Sungai Sigranala, Desa Panguragan Lor, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon. Hujan deras telah meluapkan air sungai dan menjebol pintu air. Sedikitnya 500 hektare sawah yang baru tiga minggu ditanam tergenang. Saat pintu air jebol, curah hujan di daerah itu mencapai 100 mm/dtk. "Laporan yang masuk, pintu air jebol karena tak kuat menahan luapan air. Saat itu curah hujan mencapai 100 mm/dtk," ujarnya.

PSDA telah mengirim sedikitnya 500 karung plastik. Bendungan darurat dibuat untuk mencegah agar kerusakan tidak makin parah yang bisa berdampak pada meluasnya genangan air ke areal pertanian. "Kita kirim karung plastik untuk bendungan darurat supaya luapan air sungai bisa dikendalikan. Jebolnya pintu air Si Jarak menjadi peringatan akan mulai datangnya ancaman banjir," tutur Rohandi. (A-132/A-113/CA-177/CA-183/A-96/A-91/A-93)



Post Date : 06 Desember 2008