|
GARUT, (PR). Karena tak memiliki sumber air bersih yang layak untuk dikonsumsi dan kebutuhan mandi cuci kakus (MCK), ratusan warga dari enam kampung di Desa Wanakerta dan Keresek Kec. Cibatu, Kab. Garut, sejak terjadinya kemarau cukup panjang, terpaksa harus menggunakan air kotor berbau menyengat. Air tersebut berasal dari selokan Cipacing yang membelah kedua desa tersebut. Keenam kampung yang warganya menggunakan air selokan itu, berasal dari Desa Wanakerta, yaitu Kampung Margaluyu, Wanakerta, Sirnagalih, dan Babakan Sukamanah. Sedangkan dari Desa Keresek, yaitu warga Kampung Loji dan Legok Oncom. Sejak pagi hingga sore hari, ratusan warga ramai mendatangi selokan Cipa cing untuk keperluan MCK. "Harus dari mana lagi kami memperoleh air yang bisa dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari, kecuali menggunakan air dari selokan Cipacing ini. Kendati kotor dan bau cukup menyengat kami terpaksa menggunakannya," jelas Mak Anih (52), warga Kampung Margaluyu Desa Wanakerta, saat ditemui usai mandi di selokan Cipacing. Air selokan Cipacing yang telah dibendung itu, menurutnya tidak hanya dipergunakan untuk kebutuhan mandi cuci kakus (MCK), melainkan juga dikonsumsi oleh warga untuk kebutuhan memasak dan minum sehari-hari. Menurut mereka, sebenarnya air selokan itu sering kali menimbulkan gatal di sekujur tubuh setelah mandi. Selain itu, badan dan pakaian pun menjadi bau. Namun karena tidak ada sumber mata air lagi, maka mereka tetap menggunakannya. Menurut Elen (48), untuk kebutuhan MCK sehari-hari, ratusan warga dari enam kampung tersebut dapat secara langsung menggunakan air selokan itu yang telah dibendung pada bagian badan selokannya. "Sedangkan untuk kebutuhan memasak berbagai makanan dan minum, air selokan berwarna kehijau-hijauan tersebut disterilkan terlebih dahulu di sebuah bak penampungan. Setelah kotorannya terlihat mengendap, baru air itu dipergunakan untuk memasak," ujar Elen. Tak dirasakan Menurut pantauan "PR", kotor dan berbaunya air selokan Cipacing tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain karena yang memanfaatkan airnya bukan hanya ratusan warga yang berada di enam kampung itu, tapi juga dimanfaatkan oleh warga lain di desa tetangganya. "Ya, mulai dari bagian hulu selokan hingga ke sejumlah kampung yang dialiri selokan ini dengan jarak ratusan meter dibuat beberapa tanggul untuk MCK. Akibatnya, selokan ini penuh dengan tanggul. Wajar jika airnya kotor dan berbau," katanya. Dampak dari menggunakan air selokan untuk kebutuhan MCK tersebut, ujar Elen, adalah penyakit gatal-gatal di sekujur badan. Namun hal itu sudah tak dirasakan lagi oleh warga. Begitu pula dengan penyakit diare, terkadang sulit untuk bisa dihindari lagi. "Daripada mencari air bersih cukup sulit, yah, air yang ada inilah kita manfaatkan. Mengenai gatal-gatal di tubuh bisa digaruk. Begitu pula ketika terserang diare kita mempunyai obat mujarab dengan meneguk air dari daun jambu juga sembuh. Hanya saja kita berharap mudah-mudahan dalam waktu dekat ini ada sarana air yang mengalir ke kampung kita ini," tuturnya.(A-112/E-35) Post Date : 09 November 2006 |