Ratusan Sumur Tercemar

Sumber:Koran Sindo - 19 Maret 2010
Kategori:Air Minum

CIAMIS(SI) – Sekitar 135 kepala keluarga (KK) di Dusun Majingklak,Desa Pamotan,Kecamatan Kalipucang,Kabupaten Ciamis mengeluhkan kesulitan air bersih karena ratusan sumur milik warga setempat tercemar air Sungai Citanduy.

Kondisi itu sudah berlangsung beberapa bulan.Namun, belum ada solusi untuk mengatasi kesulitan air bersih bagi warga sekitar. “Setiap musim penghujan, memang kondisi air sumur di Majingklak dan sekitarnya selalu tercemar,” kata Barno,30,warga setempat. Barno menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, setiap hari warga Majingklak selalu membeli air ke Desa Pamotan yang berbatasan dengan daerah Nusakambangan,Kabupaten Cilacap. “Air diangkut menggunakan perahu. Bagi mereka yang mempunyai perahu sendiri,air bisa gratis. Namun bagi yang tidak punya, warga terpaksa membelinya antara Rp5.000–10.000 per jeriken,” sebutnya.

Berdasarkan data yang dihimpun anggota Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kabupaten Ciamis Agus Supendi,tidak kurang dari 135 KK di Desa Majingklak, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis mengalami kesulitan air bersih akibat sumur mereka tercemar aliran Citanduy. Menurut dia,sumur-sumur warga setempat sejak beberapa tahun terakhir berasa asin dan berbau tidak sedap.Kondisi itu lebih parah dalam beberapa bulan terakhir karena kondisi air Citanduy sedang meluap. “Selain asin dan bau, air juga terlihat keruh.Diduga,hal itu terjadi akibat rembesan air Sungai Citanduy ke dalam sumur warga,” kata Agus.

Menurut dia,karena kondisi air seperti itu,warga sekitar tidak mau mengonsumsinya.Persoalan air di sekitar perkampungan muara Citanduy itu selalu menjadi persoalan setiap tahun.“Bahkan,kami bersama warga sudah berkali-kali mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk membuat instalasi penyediaan air bersih,” tuturnya. Agus menyebutkan,permohonan itu jika tidak salah sudah diajukan sejak 2004 lalu.Namun,hingga saat ini belum ada tanggapan apa pun.Warga hanya bisa pasrah menerima keadaan, sekalipun setiap hari harus rela mengambil air bolak-balik dengan jarak lebih kurang sekitar 7 km.

“Warga berharap pemerintah segera memberikan solusi untuk persoalan yang menahun di Majingklak,” pungkasnya. Kepala Dusun Majingklak Sujadi, 50, berharap keinginan warganya mendapat perhatian pihak luar.Sebab,jika rencana pembuatan instalasi pengaliran air bersih di wilayahnya dilakukan secara swadaya, dibutuhkan anggaran yang sangat besar. “Warga kami sudah beberapa kali membicarakan rencana pembuatan instalasi itu, hanya anggaran yang dibutuhkan tidak sedikit.

Apalagi, dalam kondisi cuaca tidak menentu seperti ini, penghasilan warga yang mayoritas melaut semakin tidak menentu,” pungkasnya. (ujang marmuksinudin)



Post Date : 19 Maret 2010