|
RONGKOP (KR) - Pelanggan air di beberapa desa di Kecamatan Rongkop mengeluh karena sambungan rumah (SR) yang mereka miliki tak lagi dapat menyalurkan air. Macetnya ratusan sambungan rumah ini menyebabkan ribuan jiwa kesulitan air. "SR di sini sudah macet beberapa bulan lalu. Bahkan ada yang sudah lebih setahun," kata Suratman (56) penduduk Kerdon, Desa Karangwuni, Kecamatan Rongkop yang ditemui di rumahnya, Rabu (21/9). Keluhan serupa juga diungkapkan Marimin (45), meski berlangganan air dari proyek air minum (PAM) tetapi nasibnya juga tak beruntung. Bahkan menjadi menyedihkan, meski pipa sambungan rumah tetap terpasang, tetapi airnya tidak mengalir. Akibatnya warga pedukuhan ini sudah lama membeli air. Bahkan sudah ada yang membeli hingga 5 atau enam tanki. "Sebab, jika tidak membeli juga tak dapat minum dan mandi," tambahnya. Termasuk kota Kecamatan Rongkop yang terletak di Pedukuhan Baran, Desa Semugih, juga sudah lama kesulitan air. Untuk memenuhi kebutuhan air kantor kecamatan, sudah beberapa kali membeli air. Karena memang tidak ada alternatif lain yang dapat dilakukan. Sambungan rumah ini sebenarnya mengandalkan proyek air Gua Bribin, tetapi kenyataannya tak mengalir lancar. "Karena itu pilihan satu-satunya membeli dari pedagang air," kata Sekcam Kecamatan Rongkop Susilo Murwanto SSos. Masih di Kecamatan Rongkop, warga Pedukuhan Tejo yang memasang sambungan rumah (SR) juga harus kecewa. Karena sudah beberapa bulan air tidak mengalir. Karenanya seluruh wilayah Desa Pucanganom ini mengalami kesulitan air. Mereka menjual apa saja miliknya yang layak jual untuk membeli air. "Semua KK sudah menghabiskan beberapa tanki, sehingga beban masyarakat memang terlalu berat. Harus mencukupi kebutuhan, makan dan banyaknya orang punya hajat juga menambah beban ekonomi masyarakat semakin berat," kata Kaur Pemerintahan Desa Pucanganom, Kecamatan Rongkop Supriyanto. Tak hanya di Rongkop semua warga yang berada di wilayah Gunungkidul selatan mengalami nasib serupa. Karena banyak juga sambungan rumah (SR) yang macet, sumber-sumber air kering kerontang. Seperti di Kecamatan Tanjungsari kekeringan melanda semua desa. Hanya Desa Kemadang, yang mempunyai wilayah Pantai Baron sebagian memang masih mempunyai air. Terutama Kemadang bagian selatan. "Tetapi lainnya sudah kering-kerontang. Jika tidak membeli air tak bakal mempunyai air," kata Camat Tanjungsari Sumaryadi SH. Kondisi serupa juga terjadi di Kecamatan Girisubo. Sebagaimana dikatakan Camat Girisubo Drs Budi Hartono SH hanya ada beberapa pedukuhan yang tersuplai air dari proyek Trayu dan Bribin. Seperti 4 pedukuhan di Kandri, 3 pedukuhan di Suling mendapatkan aliran dari Trayu. Tetapi memang tidak banyak, sebagaimana dua pedukuhan di Jepitu dan 3 di Balong mendapat suplai air dari Bribin, tetapi secara bergilir. Tidak mengalir setiap hari. "Di Kantor Kecamatan Girisubo hanya mengalir Senin dan Selasa," tambahnya. Camat Purwosari Drs Purwanto Hadi juga mengungkapkan hal serupa. Seluruh desa sudah mempunyai daerah yang mempunyai air. Tetapi memang ada dua desa Giricahyo dan Giripurwo sama sekali tak mempunyai sumber air. Desa lain, jika mau mengambil ke luweng memang masih ada. "Tetapi jika tidak harus membeli air dan harganya pun mencapai Rp 120 ribu tiap tanki," ujarnya. (Ewi/Her)-f Post Date : 22 September 2005 |