Ratusan Rumah Terendam

Sumber:Pikiran Rakyat - 23 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SOREANG, (PR).- Sebanyak 653 rumah di Kampung Cieunteung, Kelurahan/Kec. Baleendah, Kab. Bandung, kembali digenangi banjir akibat hujan deras yang mengguyur wilayah cekungan Bandung.

Berdasarkan pemantauan "PR", hingga Minggu (22/2) pukul 20.00 WIB, ketinggian air telah mencapai 1 meter. "Ketinggian air ini lebih tinggi dari Sabtu malam. Kami khawatir malam ini akan naik lagi. Apalagi di kota, hujan seharian sangat deras," kata Jaja, Ketua RW 20 Kel. Cieunteung, Minggu (22/2) malam.

Meski ketinggian air terus naik, sebagian besar warga masih bertahan di dalam rumah. Sebagian lagi sudah mengungsi ke Kantor DPC PDIP yang terletak tak jauh dari lokasi rumah warga.

Kepala Bagian Sosial Pemkab Bandung Terry Rusinda mengatakan, wilayah Kel. Cieunteung yang terendam banjir adalah RW 9, RW 20, dan RW 28. "Ketinggian air bervariasi mulai dari 60 sentimeter hingga sekitar 1 meter. Sebagian warga sudah mengungsi. Sebagian lagi masih bertahan dan ada yang menginap di rumah saudaranya," katanya.

Menurut salah seorang warga, Ny. Elis Komariah, air dari Sungai Citarum mulai meluap sekitar pukul 18.00 WIB. Hujan yang terus-menerus turun di daerah Bandung dan Majalaya, membuat air Sungai Citarum naik. "Pokoknya, kalau dua daerah itu hujan, di sini pasti banjir," ujar Elis, Minggu (22/2).

Pada Minggu siang, warga korban banjir mulai terjangkit berbagai penyakit, seperti gatal-gatal, mual, dan pusing. Mereka langsung mendapat pengobatan gratis dari puskesmas keliling Baleendah.

"Pemerintah selalu lambat memberi bantuan seperti makanan atau air bersih. Padahal, kami sangat membutuhkannya," ujar Ny. Yuyun, salah seorang warga lainnya.

Bantuan dari pemerintah biasanya datang setelah banjir surut. "Harusnya bantuan ini datangnya sekarang, bukan saat banjir sudah surut. Soalnya di saat banjir, jangankan makanan, air untuk minum pun susah," katanya.

Hal serupa dikatakan Elis yang mengaku kesulitan memperoleh air bersih. "Jangankan untuk mandi, untuk minum pun susah. Soalnya semua sumur terendam. Untuk minum terpaksa kami minta ke tetangga yang tidak kebanjiran," katanya.

Bagi warga Cieunteung dan sekitarnya, banjir besar biasanya terjadi antara bulan Februari sampai Maret, saat musim hujan mencapai puncaknya . Banjir juga akan terjadi pada akhir tahun, awal musim hujan, serta sekitar bulan November dan Desember.

Antre berobat

Sementara itu, mobil puskesmas keliling Baleendah yang beroperasi di daerah Cieunteung, Minggu (22/2) langsung diserbu warga. Mereka rela antre untuk mendapatkan obat-obatan. Warga pada umumnya mengeluh gatal-gatal, pusing, mual, dan batuk.

Menurut Ny. Tini Nurhasanah, salah seorang petugas Puskesmas Baleendah, untuk obat-obatan hingga kini masih mencukupi. Jika terjadi kekurangan, puskesmas akan meminta tambahan obat kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Bandung. "Walaupun yang berobat banyak, persediaan obat mencukupi," ujarnya.

Warga yang berobat di puskesmas keliling, kata Tini, bisa mencapai seratus orang lebih setiap harinya.

"Cileuncang"

Sementara itu, berdasarkan pemantauan "PR", beberapa ruas jalan kembali disergap banjir cileuncang, akibat hujan deras yang mengguyur Kota Bandung, Minggu (22/2) siang. Bahkan, di Jln. Gudang Utara dari arah Jln. Ahmad Yani, ketinggian air mencapai 50 cm atau selutut orang dewasa. Banjir itu menyebabkan dua kendaraan roda empat mengalami kerusakan mesin, sehingga menghalangi kendaraan lain dari arah Jln. Ahmad Yani yang menuju jalan tersebut.

Selain itu, banjir cileuncang juga terjadi di beberapa titik di Jln. Gatot Subroto, Jln. L.L.R.E. Martadinata, Jln. Pungkur, Jln. Soekarno-Hatta (Gedebage), Jln. Kopo, dan Jln. Tamblong.

Banjir cileuncang kerap menyerang Kota Bandung, terutama ketika hujan turun dengan intensitas cukup tinggi. Hal itu disebabkan saluran-saluran air yang ada di Kota Bandung tidak berfungsi secara optimal .

Sebelumnya, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, Rusjaf Adimenggala mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan tidak optimalnya fungsi saluran air di Kota Bandung, di antaranya terjadinya perubahan jalur saluran dan penyempitan saluran air.

"Banjir cileuncang yang kerap terjadi, tidak semata karena saluran air yang jelek. Tumpukan sampah juga banyak yang menghalangi air masuk ke saluran, sehingga melimpas ke jalan," ujar Rusjaf pekan lalu.

Oleh sebab itu, kata Rusjaf, untuk mengatasi banjir cileuncang, harus didukung kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. (A-71/A-132/A-128/A-188)



Post Date : 23 Februari 2009