|
TEMPUREJO - Hujan yang terus menerus mengguyur membuat sungai Mayang dan Curahnongko di Tempurejo tak mampu menampung air. Akibatnya, air meluber dan merendam sekitar 169 rumah warga di Dusun Kraton Desa Wonoasih Tempurejo. Ketinggian air akibat meluapnya sungai itu mencapai 1 meter bahkan di beberapa tempat mencapai dada orang dewasa. Tak hanya di Dusun Kraton yang terendam, 50 hektare lahan perkebunan di Kotta Blater juga terendam. Jika, dalam lima hari air tidak juga surut dikhawatirkan tanaman kakao yang ada di perkebunan tersebut akan rusak dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. "Tak hanya perkebunan, perumahan pekerja perkebunan juga terendam hingga 30 centimeter," kata Soni Suharsono, Administratur Perkebunan Kotta Blater kemarin. Air mulai naik sejak Senin malam sekitar pukul 21.00 WIB. Karena hujan terus mengguyur, air akhirnya mencapai puncaknya Selasa jam 03.00. Menurut warga setempat, mula-mula air naiknya pelan hingga kedalaman 30 centimeter. Namun semakin lama semakin tinggi hingga mencapai sekitar meter. Bahkan dibeberapa tempat, ketinggian air mencapai dada orang dewasa. Walau di beberapa rumah yang sudah memiliki pondasi cukup tinggi, air masih tetap merangsek masuk. Dan mengakibatkan beberapa perabot warga yang terbawa air. "Tak hanya rumah warga yang terendam. Areal sawah seluas 14 hektare juga terendam," kata Budi Santoso, Kepala Desa Wonoasih. Terendamnya sawah mengakibatkan hektaran tanaman padi yang siap panen juga rusak. Selain tanaman padi yang rusak, gara-gara banjir tersebut banyak masyarakat yang kehilangan hewan ternaknya. Sumber air bersih yang biasa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari juga tercemar dan tidak bisa digunakan untuk masak dan minum. "Sumur saya buthek karena kemasukan air banjir. Jadi kalau mau masak mesti ngambil dari rumah tetangga," tutur Ponilah, seorang nenek yang rumahnya juga terendam banjir cukup parah. Wagiran, warga lainnya mengaku kehilangan beberapa ekor ayam dan bebek. Menurut dia, karena air yang cukup tinggi, tidak banyak tempat yang bisa dijangkau oleh unggas miliknya. "Aliran airnya kelihatan pelan tapi cukup kuat sehingga banyak ayam dan bebek saya yang kintir," ujarnya. Selain itu, sebuah kolam yang berisi ikan lele juga menjadi korban banjir. Karena air meluap, semua ikan didalamnya lari dari kolam. Beberapa petani yang sawahnya kebanjiran juga langsung memanen padinya yang kebetulan sudah menguning. "Kalau langsung surut nggak apa-apa. Kalau tidak, padi bisa membusuk dan rusak. Mending dipanen sekarang mumpung masih ada hasil sedikit," kata seorang petani. Sedangkan petani yang padinya masih hijau, menyemprot padinya untuk menghilangkan lumpur pada bulir padi. Pantauan Erje kemarin, sejak pagi air mulai surut dan jalan-jalan sudah bisa dilewati meski masih banyak yang tergenang air dan berlumpur. Anak-anak yang mestinya pergi kesekolah terpaksa diliburkan karena jalanan masih tergenang dengan air. Namun hingga kemarin belum ada bantuan yang bisa menjangkau seluruh masyarakat. Baru masyarakat yang berada disebelah utara saja yang mendapat bantuan nasi bungkus. Dan itupun sangat terbatas. Menurut salah satu warga, untuk satu rumah mereka hanya mendapatkan satu bungkus. Bahkan, masyarakat di daerah yang lebih selatan sama sekali tidak mendapat bantuan apapun. "Yang paling kita butuhkan adalah air bersih dan makanan. Karena kami tidak bisa memasak karena peralatan masak terendam air," ujar Wagiran, salah satu warga. (zww/jum) Post Date : 09 Maret 2006 |