Ratusan Rumah Terendam

Sumber:Kompas - 18 November 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Palembang, Kompas - Hujan lebat disertai angin kencang pada Senin (16/11) malam hingga Selasa dini hari mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah Kota Palembang. Banjir yang juga dipicu buruknya sistem drainase perkotaan itu merendam ratusan rumah warga, fasilitas umum, ruas jalan, dan pertokoan sekitar lima jam.

Tidak ada korban jiwa maupun warga yang mengungsi. Namun, banjir menimbulkan kerugian materiil yang mencapai puluhan juta rupiah.

Kawasan permukiman yang dilanda banjir sebagian besar berada di bantaran Sungai Bendung, Sungai Sekanak, dan Sungai Bayas. Ketiganya anak Sungai Musi yang selalu meluap bila hujan deras turun lebih dari satu jam. Tinggi genangan bervariasi dari semata kaki sampai satu meter. Kawasan ini merupakan permukiman padat penduduk.

Jalan yang tergenang air antara lain Jalan Sekip, Jalan Bendung, Jalan Dempo, Jalan Sudirman, Jalan Mayor Ruslan, dan Jalan Mayor Salim Batubara.

Menurut Nurhandi (43), warga Kelurahan Sekip, dia dan keluarga terbiasa menghadapi banjir karena terjadi setiap tahun. ”Belum terlihat upaya serius pemerintah kota mengatasi masalah ini,” katanya.

Pengamat perkotaan dari Universitas Sriwijaya, Ari Siswanto, mengatakan, Kota Palembang sejak dulu rawan banjir. Pemkot tak membangun sistem drainase dengan baik.

Titik longsor

Sementara itu, titik longsor mulai bermunculan di perbukitan Menoreh, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Longsoran tanah dari bukit terlihat di jalan utama yang melintasi tiga desa, yaitu Desa Kenalan, Bigaran, dan Sambeng.

Di jalan sepanjang lima kilometer itu, ada sedikitnya 15 titik longsoran. Sutarno, warga Desa Sambeng, mengatakan, ketika intensitas hujan makin tinggi, longsor yang terjadi makin parah dan menutup jalan. ”Agar tanah perbukitan tidak banyak longsor, warga berupaya menahan dengan menanam semak dan rumput gajah,” katanya.

Kepala Urusan Pembangunan Kantor Desa Sambeng Japari mengatakan, bencana longsor semestinya diantisipasi dengan membangun talut. ”Namun, Pemerintah Desa Sambeng tidak mampu membangun,” katanya.

Selain berpotensi longsor, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, yang diterima Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang, pada 12 November, Kabupaten Magelang juga berpotensi banjir selama November 2009 hingga Januari 2010.

Pada November 2009, daerah yang berpotensi banjir adalah Kecamatan Mertoyudan, Muntilan, Sawangan, dan Windusari. Desember 2009, potensi banjir terjadi di Kecamatan Grabag, Mertoyudan, Muntilan, Sawangan, dan Windusari. Januari 2010, potensi banjir terdapat di Kecamatan Grabag, Mertoyudan, Muntilan, Sawangan, dan Windusari.

Menghadapi musim penghujan, Tim SAR Kabupaten Brebes memetakan daerah rawan longsor dan rawan banjir, antara lain Kecamatan Tonjong, Sirampog, Bumiayu, Paguyangan, Bantarkawung, dan Salem.

”Dua daerah sangat rawan dan mendapat prioritas pengawasan adalah Kecamatan Sirampog dan Bantarkawung. Kami membuka pusat layanan panggilan 24 jam,” kata Koordinator Tim SAR Brebes Adhe Dani Rahardjo.

Untuk mengantisipasi banjir dan tanah longsor, Pemkot Tegal menyiapkan peralatan evakuasi, seperti perahu dan tenda pengungsian. Kepala Seksi Perlindungan Masyarakat Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Tegal Soni Sontari mengatakan, Pemkot Tegal menyiapkan lokasi pengungsian di 27 balai kelurahan, 4 pendopo kecamatan, halaman hotel Marganda, serta sekolah-sekolah di daerah bebas banjir.

Untuk mengantisipasi longsor, Pemkab Purbalingga akan menanam 4.000 batang mahoni di daerah rawan longsor. Kepala Seksi Perlindungan Masyarakat Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Purbalingga Suprapto mengatakan, ada 38 desa rawan banjir dan 21 desa rawan longsor.

Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah juga akan menanam pohon, terutama di lahan kosong. Sebanyak 813.337 batang pohon akan ditanam di hutan wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Kedu Utara dan 166.000 bibit jati plus di KPH Mantingan, Rembang. (ONI/EGI/WIE/HAN/HEN)



Post Date : 18 November 2009