Ratusan Rumah Terendam Rob

Sumber:Pikiran Rakyat - 18 Februari 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

 

INDRAMAYU, (PR).- Sedikitnya 186 rumah warga Desa Eretan Kulon Kec. Kandanghaur Indramayu, Minggu (17/2) terendam akibat gelombang pasang (rob) Laut Jawa. Rumah warga rata-rata terendam air laut setinggi 60 cm.

Warga di Desa Eretan Kulon menyebutkan, gelombang pasang terjadi begitu cepat mulai sekitar pukul 5.00 WIB. Tingginya gelombang laut ditambah hujan yang turun sepanjang malam, menimbulkan genangan air yang merendam hampir seluruh permukiman warga.

"Tidak hanya itu, cuaca buruk menimbulkan gelombang sangat tinggi. Suasananya sangat mencekam bagi kami yang tinggal di pinggir pantai," kata Karim, warga setempat.

Dalam sekejap, sedikitnya 186 rumah warga tersebar di Blok Pangpang dan Blok Kebuyut Desa Eretan Kulon, terendam air setinggi 60 cm. Bahkan sempat terjadi kepanikan ketika warga melihat gulungan ombak disertai angin kencang menerabas hingga 50 meter ke tengah permukiman.

Takut oleh ancaman gelombang yang meninggi, ratusan warga segera menyelamatkan diri dengan membawa barang-barang berharga ke tempat yang lebih aman. "Air bisa sampai ke permukiman karena gelombang tinggi dan air mengalir melalui lubang-lubang tembok penahan gelombang yang mulai rapuh," kata Royani, warga lainnya.

Royani yang menjabat sebagai Sekretaris KUD Misaya Mina Eretan, mengatakan, selain telah rapuh, ketinggian tembok penahan gelombang (talud), kurang memadai. Akibatnya, air pasang sering meluap dan mengalir ke permukiman warga.

"Kalau lagi musim barat seperti sekarang ini, talud tidak bisa menahan gelombang karena ombak laut lebih tinggi dari bangunan tembok," ungkapnya.

Kuwu Eretan Kulon, Amin, S.Pd., secara terpisah membenarkan ihwal kondisi talud yang sudah tidak memadai untuk menahan gelombang dan air laut pasang. Menurut dia, talud sepanjang 300 meter yang ada di sepanjang pantai Eretan Kulon kondisinya semakin memprihatinkan.

Beberapa bagian tembok, sudah bolong-bolong dan rapuh. "Bahkan sudah ada warga yang mengungsi karena takut talud itu jebol dihantam gelombang," kata Amin.

Terancam kelaparan

Sejak cuaca buruk muncul dalam sebulan terakhir, ribuan nelayan di Desa Eretan Kulon tidak dapat melaut. Kondisi seperti itu, kata Amin, mulai menimbulkan ancaman kekurangan pangan bagi warga karena nelayan tidak memperoleh penghasilan.

Amin khawatir, jika masa paceklik nelayan itu berkelanjutan, akan muncul masalah baru yakni kelaparan dan gizi buruk bagi anak-anak nelayan. "Kalau terus seperti ini, masyarakat saya harus makan apa. Sebab bantuan satu liter beras dan beberapa bungkus mi instan dari kecamatan tidak mencukupi kebutuhan keluarga nelayan selama musim barat seperti ini," katanya.

Cuaca di perairan Laut Jawa Indramayu belakangan memang cenderung berbahaya bagi nelayan. Sebabnya sesekali muncul angin kencang disertai gelombang tinggi.

Kantor pelabuhan setempat juga telah mengingatkan nelayan. "Nelayan memiliki kemampuan membaca cuaca, tapi kami tetap mengingatkan agar mereka berhati-hati karena sewaktu-waktu bisa muncul badai," Kepala Kantor Pelabuhan Indramayu Drs. Sukiman. (A-96)



Post Date : 18 Februari 2008