Solo, Kompas - Hujan deras yang berlangsung sekitar enam jam di kawasan hulu Bengawan Solo menyebabkan air sungai tersebut meluap. Akibatnya, ratusan rumah di Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (4/1) dini hari terendam.
Di Solo, banjir menggenangi tujuh kelurahan di tiga kecamatan yang ditempati 1.788 keluarga, sedangkan di Sukoharjo lebih dari 400 rumah yang terendam. Rumah-rumah itu berada di bantaran Bengawan Solo.
Kawasan yang terendam di Solo, yakni Kelurahan Gandekan dan Sewu di Kecamatan Jebres, Kelurahan Joyotakan di Kecamatan Serengan, serta Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, dan Kedung Lumbu di Kecamatan Pasar Kliwon.
”Ketinggian air mencapai 1,5 meter di wilayah tertentu. Yang paling parah di Sangkrah, merendam rumah-rumah yang ditempati 600 keluarga,” kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Solo, Suharso, kemarin.
Nur, warga Kampung Beton, Kelurahan Sewu, mengatakan, air mulai masuk ke rumahnya pukul 02.00 WIB, setelah hujan deras turun sekitar enam jam. ”Di dalam rumah, air setinggi betis orang dewasa. Di halaman (rumah) setinggi paha orang dewasa,” ujarnya.
Lurah Sewu, S Budi Hartono, mengatakan, sebagian warga mengungsi ke rumah tetangga yang tidak kebanjiran. Selebihnya, mengungsi ke tenda-tenda yang didirikan di atas tanggul.
Di Kabupaten Sukoharjo, banjir merendam 400-an rumah di Kecamatan Grogol, Mojolaban, dan Polokarto, dengan ketinggian mencapai dua meter. Kepala Subbidang Penyelamatan dan Rehabilitasi Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Sukoharjo, Manasta Wisnutomo, mengatakan, banjir terjadi akibat Bengawan Solo dan beberapa anak sungainya meluap.
Kepala Divisi Air dan Sumber Air Wilayah V Perum Jasa Tirta I Bengawan Solo, Winarno Susiladi, yang dihubungi terpisah, mengatakan, pintu air Waduk Gajah Mungkur memang sempat dibuka karena ketinggiannya mencapai 135,61 meter, atau di atas batas normal 135,30 meter. ”Tapi, meningkatnya ketinggian air Bengawan Solo juga disumbang oleh curah hujan tinggi di anak-anak sungai yang kemudian masuk ke Bengawan Solo,” tambahnya.
Anak balita
Dari Sampang, Madura, Jawa Timur, dilaporkan, jasad Nurlaila (4) yang hanyut terbawa arus saat banjir terjadi Senin malam lalu, ditemukan Selasa dini hari.
Sebelum hanyut, anak balita itu tengah bermain dengan dua saudaranya, Asmat dan Matribut, di dekat SD Rong Tengah II. Tiba-tiba, dia terperosok ke saluran air dan hanyut ke dalam saluran itu. Dua kakaknya tak mampu menolong karena saluran air tertutup beton, di samping arus banjir masih deras.
Korban ditemukan meninggal dunia di ujung saluran, sekitar satu kilometer dari tempat dia terperosok. Korban dimakamkan kemarin pagi. ”Selama ini banjir di Sampang hampir tidak pernah membawa korban,” ujar Nawawi, Kepala Bidang Pelaksanaan Pembangunan dan Rehabilitasi Dinas PU Pengairan Sampang.
Banjir yang melanda Sampang sejak Minggu lalu, menurut Nawawi, berangsur surut, Senin malam (Kompas, 4/1). Akibat banjir ini, sejumlah sekolah meniadakan kegiatan belajar. Pelajar yang datang diajak membersihkan sekolah. (EKI/RAZ)
Post Date : 05 Januari 2011
|