SAMARINDA, KOMPAS - Ratusan rumah di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (10/7), terendam akibat hujan deras yang mengguyur kota itu selama sekitar tiga jam. Ketinggian air yang sekitar lima puluh sentimeter juga menyebabkan lalu lintas di kota itu terganggu.
Kompleks permukiman warga yang terendam banjir antara lain di sekitar Jalan Dr Sutomo, di sekitar Rumah Sakit Umum Daerah AW Sjahranie, di sekitar Gedung Olahraga Segiri, sekitar Jalan Juanda, Jalan Kadri Oning, dan wilayah Sempaja.
Salman (35), warga Sempaja, mengaku daerahnya selalu tergenang setiap hujan mengguyur Samarinda. ”Selalu saja begini. Kalau mau keluar rumah, jadi tidak bisa,” ucapnya.
Saat air menggenangi rumah, sejumlah warga sibuk menyelamatkan barang dan perabot ke tempat yang lebih tinggi.
Ketinggian air di beberapa persimpangan utama di Samarinda bahkan lebih parah, yaitu mencapai 80 sentimeter atau setinggi paha orang dewasa, seperti di persimpangan Lembuswana, persimpangan Juanda, dan di Jalan Dr Sutomo.
Sejumlah pengendara sepeda motor yang melewati persimpangan itu harus menuntun kendaraannya. ”Saya jadi tidak bisa pulang karena harus tunggu surut,” kata Ade (24), warga Loa Bakung, yang melewati persimpangan Lembuswana dengan sepeda motor.
Sebagian kendaraan roda empat yang kebanyakan angkutan umum akhirnya berhenti di tepi jalan karena mogok. Pejalan kaki juga banyak yang terluka karena terperosok lubang jalan yang tertutup genangan air.
Sejumlah warga menilai, banjir yang kerap terjadi di Samarinda ini tidak terlepas dari buruknya drainase, pendangkalan Sungai Karang Mumus, dan hilangnya daerah tangkapan air akibat tambang.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Samarinda Erham Yusuf mengatakan, normalisasi Sungai Karang Mumus, pompanisasi, dan perbaikan drainase merupakan program penanggulangan banjir yang diprioritaskan. ”Untuk pengerukan sungai memang saat ini belum dijalankan,” katanya. (ILO)
Post Date : 11 Juli 2011
|