Malang - Surya- Setelah turun hujan deras, bencana banjir melanda sebagian wilayah Kabupaten Malang, Senin (30/8) pukul 21.00 WIB. Sebanyak 136 rumah di Desa Lebakharjo, Ampelgading, Kabupaten Malang, terendam air dengan ketinggian antara 70 cm-200 cm. Namun, Selasa (31/8) pagi air surut.
Air banjir berasal dari luapan air Sungai Kedungondo dan Sungai Kalisat, yang tidak tertampung oleh Sungai Manjing karena penuh limpahan lahan dingin Gunung Semeru. Luapan air di dua sungai yang tidak tertampung di Sungai Manjing itu menuju ke perkampungan.
Pantauan Surya, Selasa (31/8), kondisi terparah terjadi di Dusun Krajan II. Sebanyak 94 rumah warga terendam dengan ketinggian air bervariasi.
“Banjir tahun ini luar biasa. Dalam sepekan terjadi dua kali. Pertama pada Minggu (22/8) dini hari lalu, kemudian Senin (30/8) malam,” jelas Suhartono, Sekretaris Desa Lebakharjo, yang ditemui di rumahnya, Selasa (31/8).
Selain merendam banyak rumah, air bah juga membuat tebing longsor, kena dapur rumah Munari dan Mani, di RT 20/TW 08 Dusun Krajan II. Tidak ada korban jiwa.
Adapun warga yang teredam air umumnya kehilangan harta benda karena tidak bisa diselamatkan. “Hujan memang tidak terlalu deras sejak pukul 19.00 WIB. Tapi yang tidak diduga itu luapan air banjir pada pukul 21.00 WIB. Bergemuruh dan langsung masuk rumah. Kami tidak sempat menyelamatkan barang-barang lain,” cerita Riyono, 50, warga Dusun-Desa Lebakharjo, yang ditemui sedang membersihkan rumah bersama istrinya, Ponimah, dan dua anak.
Padahal, sebelum ini rumahnya sudah ditinggikan sekitar satu meter, karena letaknya rumah tak jauh dari Sungai Kedungondo. Saat banjir, di dalam rumah ketinggian air sampai sedada. “Jadi, nggak bisa apa-apa. Airnya deras sekali meski di dalam rumah,” kata Riyono.
Adapun harta yang sempat terselamatkan hanya kasur, yang ketika dijemur masih mengandung air, dan kursi tamu model L. Anak-anak Riyono, yang duduk di bangku SD, kehilangan sebagian besar buku pelajaran.
Sekretaris Desa Lebakharjo, Suhartono, menjelaskan, banjir melanda pemukiman dan pertanian di Dusun Krajan IB, Krajan II, dan Dusun Sukomaju A dan B. Sedangkan Dusun Lebaksari bebas banjir. Rinciannya, jumlah rumah terendam di Dusun Sukomaju 16 rumah, Dusun Krajan II sebanyak 94 rumah, dan Dusun Krajan IB sebanyak 26 rumah. Sedangkan lahan pertanian diterjang banjir, tanaman padi berusia tujuh hari sebanyak 15 hektare, lahan menjelang panen 1,5 hektare, dan tanaman padi berusia satu bulan-dua bulan sebanyak 25 hektare. Diperkirakan jumlah kerugian sekitar Rp 1 miliar.
La Nina
Diwawancara terpisah, Kepala Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Karangploso, Kabupaten Malang, Ahmad Subekti, menjelaskan, tingginya intensitas hujan di suatu daerah –padahal saat ini masih musim kemarau– disebabkan oleh La Nina. Adanya La Nina itu membuat kawasan Pasifik tengah mendingin, sedangkan Indonesia memanas.
“Uap air dari kawasan Indonesia, yang kena hembusan udara dingin dari Pasifik, membentuk kumpulan awan Cumulus Nimbus. Hanya saja, hujan pada kemarau basah ini sifatnya lokal,” katanya.
Subekti menambahkan, di kawasan dataran tinggi intensitas hujannya lebih banyak jika dibanding dataran rendah. Hanya, hujan yang turun tak stabil. ”Hari ini bisa hujan deras, satu atau dua hari bisa tak turun hujan. Demikian juga pada kemarau basah ini, intensitas hujan tidak begitu lama,namun bisa saja deras sehingga menyebabkan banjir maupun bencana tanah longsor,” paparnya.
Kapan La Naina berakhir? menurut Subekti, sampai memasuki musim hujan nanti, kemarau basah akibat La Nina masih akan terjadi. Artinya, hujan seperti sekarang akan berlangsung sampai memasuki musim hujan tahun ini.nvie/ekn
Post Date : 01 September 2010
|