|
YOGYAKARTA - Persoalan air bersih tampaknya semakin mempersulit kehidupan masyarakat Gunungkidul, DIY. Pertengahan tahun ini, tercatat lebih 200.000 jiwa kekurangan air bersih. Mereka berharap, ada bantuan atau solusi riil untuk mengatasi hal tersebut. Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi (Infokom) Kabupaten Gunungkidul, Cb Supriyanto mengungkapkan, berdasar data dan pantauan lapangan, 57.000 kepala keluarga atau lebih 200.000 orang kesulitan air bersih. Mereka harus mencari air jauh dari rumah bahkan desa masing-masing. ’’Sekarang, kekeringan merata di tiga wilayah, yakni selatan, tengah, dan utara Gunungkidul. Tepatnya, kekeringan melanda 18 kecamatan dan 144 desa. Bahkan ada sebagian wilayah yang dulu tidak pernah kekeringan, kini menjadi kekurangan air. Tepatnya setelah gempa dua tahun lalu,’’ ungkap dia, kemarin. Sumber Tersumbat Dia menambahkan, sebelum gempa, wilayah kekeringan tidak sebanyak sekarang. Namun usai gempa, ada daerah yang dulu subur dan berlimpah air, kini menjadi kekeringan. Sumber air di dalam tanah seperti tersumbat, sehingga tak keluar lagi. Mengatasi persoalan tersebut, Pemkab Gunungkidul sudah mengambil langkah-langkah antisipasi, antara lain membangun pipa air dari sumber bawah tanah di tiga lokasi, Baron, Bribin, dan Ngrenehan. Pemkab bekerja sama dengan lembaga dari Jepang untuk pengadaan pipa air bersih dari Baron dan Ngrenehan. Untuk daerah Biribin, masih seperti dulu, bekerja sama dengan Jerman. Tahun depan, diperkirakan pengadaan pipa dari Jepang sudah 90% dan Jerman 60%. Kalau dua proyek itu rampung, kesulitan air bersih beberapa wilayah dapat teratasi. Saat ini Pemkab juga menyiagakan truk tanki untuk mengedrop air setiap saat masyarakat membutuhkan. (D19-72) Post Date : 25 Juli 2008 |