|
KUNINGAN, (PR). Ratusan mata air di sekitar kawasan Gunung Ciremai yang masuk wilayah Kabupaten Kuningan, belakangan dikabarkan lenyap. Jumlah titik mata air yang sebelumnya mencapai 600 titik lebih, kini diperkirakan tinggal tersisa sekira 200-an mata air. Kondisi tersebut diduga akibat adanya tekanan terhadap kawasan hutan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Menurut informasi yang diperoleh "PR", Rabu (6/7), masalah penurunan titik sumber mata air di kawasan Ciremai itu sempat dipertanyakan rombongan anggota DPRD Jabar, saat berkunjung ke Kuningan, belum lama ini. Hilangnya ratusan titik sumber air di kawasan Ciremai itu diduga selain akibat penebangan pohon secara liar, juga adanya kegiatan penambangan galian C dan sisa kebakaran yang menghanguskan ribuan pohon di lereng gunung itu. Perihal adanya kerusakan lingkungan yang diwarnai lenyapnya ratusan titik sumber mata air di Gunung Ciremai, juga diakui oleh para pecinta lingkungan yang secara kontinu memperhatikan kondisi alam di kawasan gunung tertinggi di Jabar itu. Mereka menyatakan prihatin, kondisi kerusakan lingkungan pada kawasan hutan di gunung itu telah menghilangkan ratusan titik mata air. Sehingga, jika dibiarkan tanpa upaya melakukan penanganan secara dini, tidak mustahil dalam beberapa tahun ke depan, potensi sumber air itu akan sulit diperoleh. Pergantian musim Karena itu pula, Ikatan Generasi Muda Pecinta Alam (Igmapala) Cipasung Darma Kab. Kuningan, misalnya, meminta perhatian serius dari pihak pemkab dan pihak terkait lainnya atas fenomena yang bisa mengancam kebutuhan air masyarakat, khususnya bagi generasi masa mendatang itu. "Karena jika didiamkan, masalah ini bisa berdampak pada kesengsaraan masyarakat mendatang sehingga harus diperhatikan serius," kata Ade Diana Fikri dari Igmapala. Namun, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP) Kuningan, Ir. Abdul Kodir, mengatakan, hilangnya ratusan titik mata air itu diduga lebih disebabkan oleh pergantian musim. Menurutnya, mata air yang hilang itu, memiliki debit air rata-rata di bawah 5 liter per detik sehingga sangat mudah lenyap ketika terjadi musim kemarau. Ratusan titik mata air itu, biasanya akan mengeluarkan air kembali ketika musim hujan datang. Dijelaskan Kodir, menurut hasil survei yang dilakukan pihaknya, dari sekira 620 titik sumber mata air di kawasan Gunung Ciremai tersebut, hanya sekira 60-an titik saja berpotensi besar dengan debit air mencapai ratusan bahkan ribuan liter per detik. Sedangkan sebagian lainnya, hanya di bawah 100 liter per detik. "Nah, sumber mata air dengan debit air yang besar saja yang pada musim kemarau ini, masih tetap bisa mengeluarkan airnya," ucapnya.(A-98) Post Date : 07 Juli 2005 |