Ratusan KK Kesulitan Air Bersih

Sumber:Jawa Pos - 04 Agustus 2008
Kategori:Air Minum

KEPUNG- Kemarau yang melanda belakangan ini, mulai memunculkan kekeringan dan kekurangan air bersih di beberapa kecamatan. Sejumlah desa yang menjadi langganan kekeringan masih belum bisa lepas dari problem musiman tersebut. Umumnya mereka yang kekurangan air adalah warga yang tinggal di lereng pegunungan seperti Semen, Mojo, Banyakan, Tarokan, Kepung, Ngancar, dan sebagainya.

Seperti di Desa Kampungbaru, Kepung. Ratusan keluarga di desa tersebut mengaku kesulitan air bersih. Tak jarang mereka harus menggunakan air hujan yang kadang-kadang turun di wilayah itu, untuk kebutuhan sehari-hari. Air hujan itu dikumpulkan melalui saluran talang-talang rumah ke tendon air yang sudah disiapkan sebelumnya.

Pantauan Radar Kediri, hampir setiap gang di Dusun Wonorejo, Desa Kampungbaru, terlihat antrean jeriken untuk mendapatkan air bersih. Itupun, sejumlah tandon air yang tersedia di hampir setiap gang terlihat sudah banyak yang kosong atau sangat sedikit airnya. "Dereng mili toyane (Belum mengalir airnya,red)," ujar Sri Wiyani, 46, warga setempat.

Menurut Sri Wiyani, kekurangan air tersebut sudah dirasakan warga sejak 2 bulan terakhir atau Juni lalu.

Menurut Wiyani, kekurangan air ini sudah menjadi problem tahunan bagi warga Desa Kampungbaru. Utamanya bagi warga yang tinggal di Dusun Wonorejo dan Dusun Notorejo. Berbagai upaya telah mereka lakukan dengan harapan problem tersebut bisa terselesaikan. Salah satunya dengan melakukan swadaya pipanisasi pengadaan air bersih.

Namun sampai kemarin air yang mereka harapkan masih belum bisa mengalir, kendati sejumlah perangkat yang dibutuhkan telah terpasang di rumah-rumah warga. "Katanya suruh melunasi cicilannya, baru airnya nanti bisa mengalir," lanjut Sri Wiyani.

Sekadar memberitahu, untuk swadaya pengadaan air bersih tersebut, setiap KK ditarik iuran Rp 300 ribu. Wiyani mengaku, saat ini untuk mendapatkan air bersih warga terpakas harus mengantre, karena jatah air harus digilir dengan warga dusun lain. Meski begitu, saat giliran mereka tiba, terkadang ada yang tak kebagian air lantaran banyaknya warga yang berebut, "Ambilnya itu tidak dibatasi, makanya yang terakhir sering tidak kebagian," terangnya.

Selain itu, keluarnya air juga tidak bisa ditentukan siang hari. Terkadang tengah malam, air baru bisa mengalir ke bak penampungan. Akibatnya mereka terpaksa melekan demi mendapatkan jatah air bersih. "Terkadang sama teman sendiri bertengkar karena rebutan jatah air," timpal Sutarmi, 55, warga yang lain. (ery/im)



Post Date : 04 Agustus 2008