|
Purwakarta, Kompas - Ratusan keluarga di beberapa desa di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, kesulitan memperoleh air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, mereka terpaksa membeli dengan harga mencapai Rp 2.000 per jeriken ukuran 20 liter. Krisis air bersih di Desa Tegalwaru dan Tegalsari, misalnya, semakin parah terjadi sejak dua bulan terakhir. Sebagian besar sumur milik warga kini telah mengering. "Kebutuhan air di dua kampung di Desa Tegalsari saja mencapai lebih dari 200 jeriken per hari. Beberapa kampung lainnya belum terpenuhi," ujar Alimudin (45), sopir yang menawarkan jasa angkutan air di Desa Tegalsari, Kamis (14/9). Ia menambahkan, ratusan keluarga yang berada di Desa Tegalsari dan sekitarnya kini hanya mengandalkan mata air Gunung Bongkok yang berada di Kampung Cigarut, Desa Cisarua. "Jarak dari Tegalsari ke mata air mencapai tujuh kilometer. Namun karena jalannya rusak dan berkelok naik-turun, ongkos angkutnya menjadi mahal," katanya menambahkan. Azizah (39), warga Kampung Batutumpang, Desa Tegalsari, mengatakan, puluhan warga di sekitar tempat tinggalnya membeli air yang dijual keliling kampung. Setiap keluarga mengonsumsi 2-4 jeriken atau sekitar 40-80 liter. "Jumlah itu sebenarnya masih kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun jika setiap hari membeli, uang untuk makan dan kebutuhan lainnya akan tersedot," ujarnya. Beberapa keluarga di desa lainnya di Kecamatan Tegalwaru juga kesulitan mendapatkan air bersih. Sebagian besar di antaranya menyewa angkot untuk mengangkut air dari mata air ke rumahnya. Sebagian warga menggunakan sepeda motor atau mobil yang dimilikinya. Ongkos angkut satu jeriken ukuran 50 liter mencapai Rp 500. Adapun ongkos angkut kuli pikul sebesar Rp 1.000 per dua jeriken. H Aum Sulaeman (53), warga Kampung Cicariuk, Desa Batutumpang, mengatakan, warga mendatangi sumber air yang berjarak jauh dari tempat tinggalnya. Selain sumur, sebagian besar sawah di Tegalwaru juga mengering. Sebagian besar petani dan buruh tani menganggur. Luas area sawah di Tegalwaru mencapai 2.375 hektar yang tersebar di 13 desa. Sebagian besar di antaranya kini mengering dan dibiarkan bera. Desa yang memiliki lahan sawah luas meliputi Desa Cisarua, 390 hektar; Sukamulya, 376 hektar; Warungjeruk, 212 hektar; dan Pasanggrahan, 215 hektar. Sisanya tersebar di Desa Cadassari, Cadasmekar, Gandasoli, Tegalwaru, Galumpit, Warungjeruk, Citalang, Sukahaji, dan Karoya. (mkn) Post Date : 15 September 2006 |