Ratusan Hektare Terendam

Sumber:Jawa Pos - 16 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
NGANJUK- Hujan deras, Kamis malam, membuat sebagian wilayah di Nganjuk kebanjiran. Terutama di Kecamatan Sukomoro. Hampir seluruh desa yang terdapat di sana tergenang. Pemukiman warga serta ratusan hektare lahan pertanian yang ditanami padi, bawang merah, dan melon terendam.

Hingga kemarin, genangan air masih terlihat. Bahkan, 480 murid SMAN Sukomoro terpaksa diliburkan. Sebab, Desa Sumengko, lokasi di mana gedung sekolah itu berada, menjadi wilayah yang termasuk paling parah tergenang air. Di kantor Cabang Dinas Dikpora Sukomoro dan KUD Margo Makmur, ketinggian air masih sekitar 70 centi meter.

Informasi yang dihimpun Radar Kediri menyebutkan, banjir terjadi setelah terjadi hujan deras pada Kamis malam. Curah hujan yang tinggi membuat air di anak-anak sungai meluap. Termasuk di terusan Sungai Kuncir kanan. "Meski hujan sudah turun sejak sore, air baru naik pada tengah malam," kata Imam Sujono, warga Dusun Ganggangmalang, Desa Sumengko.

Selain Desa Sumengko, desa lain yang cukup parah terendam adalah Desa Sukomoro, Desa Kapas, Bungur, Blitaran dan Nglundo. Ketinggian air di rumah penduduk mencapai satu meter. Hampir semua ruas jalan desa tergenang. Jalan aspal yang menghubungkan Desa Bungur hingga Desa Getas yang melalui Desa Sumengko tergerus. Akibatnya, badan dan bahu jalan sepanjang 500 meter rusak.

Menurut Imam, selama dua tahun terakhir, dusunnya sudah tidak pernah lagi diterjang banjir. Kondisi ini berubahh setelah ada proyek pelurusan Sungai Ganggangmalang. "Mungkin, perencanaan proyeknya tidak tepat," katanya.

Secara terpisah, Budi Purnomo, warga Desa Sukomoro, mengatakan, lahan pertanian yang tergenang di kecamatannya mencapai 243 hektare. Yang paling luas di Desa Sumengko, yakni sekitar 151 hektare. Lainnya, di Desa Kapas 15 hektare, Desa Blitaran 8 hektare, Desa Bungur 22 hektare, Desa Nglundo 8 hektare, Desa Ngrami 9 hektare, di Desa Peh Serut 6 hektare. Sisanya, 24 hektare, adalah lahan pertanian di lima desa lainnya.

Bukan itu saja. Ungkap Budi, gudang KUD Margo Makmur juga tergenang air. Demikian pula tujuh SD negeri di wilayah tersebut. Namun, murid-muridnya masih tetap masuk seperti biasa.

Hanya di SMAN Sukomoro yang murid-muridnya diliburkan. Ketinggian air sekitar 0,5 meter. Siswa yang telanjur datang tidak bisa masuk dan hanya bergerombol di depan sekolah. Menurut Adi Prayitno, wakasek kesiswaan, mereka dipulangkan sekitar pukul 08.00. "Keputusan ini sudah seizin dinas dikpora. Kalaupun dipaksakan masuk, tidak akan efektif," katanya.

Yang ironis, ungkap Adi, sekolah ini selalu menjadi langganan banjir. Bulan ini saja sudah dua kali terendam. Yang pertama pada 5 April lalu. Namun, karena sedang semesteran, saat itu mereka tetap masuk meskipun harus copot sepatu. Kolam ikan berisi gurami, nila, dan tombro milik sekolah seluas 6x10 meter juga terendam hingga gagal panen.

Di SDN Sukomoro III, kemarin pagi, murid-muridnya harus bekerja bakti menguras air yang masuk ke dalam kelas. Maklum, ketinggian air mencapai 60 cm. Setelah itu, mereka kembali belajar seperti biasa. "Di sini sudah menjadi langganan banjir," keluh Sutyaning, kepala sekolah.

Akibat banjir tersebut, sejumlah petani terpaksa harus memanen tanamannya lebih awal. Seperti dilakukan Sumadi, 45, warga Sumengko. "Daripada hancur, kami terpaksa memanennya dalam keadaan basah," katanya. Sayang ketika hendak dikonfirmasi, kemarin, Camat Sukomoro Bambang Prayitno tidak ada di tempat. Padahal, kantor kecamatan tidak termasuk lokasi yang kebanjiran. Ketika dihubungi Radar Kediri di rumah, istrinya mengatakan bahwa sang suami sedang keluar.

Sementara, menurut Kepala Kesbanglinmas Ridwan melalui Kasubbag Humas Pemkab Harijanto, pemkab sudah siap menangani bencana ini. Meski anggaran belum cair, setidaknya, di kantor kesbanglinmas sudah ada 33 ribu karung untuk tanggul darurat. "Jika dibutuhkan, sewaktu-waktu bisa digunakan," katanya. (ndr/tyo)

Post Date : 16 April 2005