|
BOYOLALI - Ratusan hektare tanaman padi dan jagung di Desa Kadireso, Kopen, Nepen, dan Doplang, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, terancam mati menyusul mengeringnya Umbul Langse di Dukuh Lebak, Desa Nepen. Karena itu, sebagian petani terpaksa membiarkan lahannya menjadi kering. ''Panen padi tahun ini terpaksa gagal, lantaran tidak ada air yang bisa diharapkan menghidupi lahan pertanian,'' kata Sardi, salah seorang petani di Desa Kadireso, kemarin. Selain mengancam lahan pertanian ratusan penduduk di Desa Nepen dan Kadireso, awal musim kemarau ini juga membuat kesulitan para petani memenuhi kebutuhan air bersih. Mereka terpaksa mengambil air di umbul lainnya untuk keperluan sehari-hari. Bila musim kemarau ini berkepanjangan, diperkirakan warga akan semakin kesulitan memenuhi air bersih dan keperluan lahan pertaniannya. Jarot, salah seorang warga Desa Nepen menuturkan, menyusutnya Umbul Langse sebenarnya sudah terjadi cukup lama. Tetapi memasuki musim kemarau ini, sumber mata air semakin menyusut dan terancam mati. Padahal sebelumnya, debit air pernah mencapai 80 liter/detik. Dalam perkembangannya umbul itu terus menyusut, dan sekarang sudah tidak ada airnya lagi. Berdasarkan keyakinan untuk mengisi umbul itu, warga diharuskan menggelar pergelaran wayang kulit dan tirakatan semalam suntuk di tempat tersebut. Setelah acara itu, biasanya sumber mata air muncul lagi. ''Tetapi kali ini, sumber mata air di umbul tidak muncul bahkan terus menyusut. Padahal kami sudah tirakatan di tempat itu,'' kata Sardi. Kepala Desa Nepen, Amin Arif Nugroho, mengatakan, menyusutnya Umbul Langse membawa pengaruh besar terhadap lahan pertanian dan keperluan sehari-hari warga. Setidaknya, tanaman padi dan jagung yang terancam gagal dipanen mencapai ratusan haktare. Sebab, tanaman padi pertumbuhannya sangat bergantung kepada umbul itu, yang secara greogafi mengaliri ke lahan pertanian. Sumur Pantek Kalau sekarang tidak ada air, maka lahan pertanian itu tidak mungkin bisa untuk bercocok tanam. Menurut dia, sekarang ini sebenarnya belum memasuki musim kemarau. Tetapi Umbul Langse sudah mengering. Kalau sudah musim kemarau, maka tidak ada yang bisa diharapkan dari umbul tersebut. Untuk mengatasi kesulitan air di lahan pertanian, sebagian warga membuat sumur pantek. Tetapi hasilnya kurang maksimal, dan tidak bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian. Adapun untuk keperluan sehari-hari, warga terpaksa ngangsu (mengambil air) ke umbul lain yang jaraknya relatif dekat. Tetapi bila musim kemarau berkepanjangan, umbul itu juga akan mengering. Pihaknya mengharapkan Pemkab segera turun tangan mengatasi kesulitan air tersebut. Kepala Kantor Informasi, Komunikasi dan Kehumasan (KIKK), Kristiana Purwanti, mengatakan, menghadapi musim kemarau ini Pemkab sudah mempersiapkan anggaran secukupnya. Suatu saat bisa dicairkan, bila ada kebutuhan yang mendesak. (shj-51a) Post Date : 03 Juni 2005 |