|
SAMPANG - Nasib petani tembakau di Kabupaten Sampang tidak henti-hentinya ditimpa musibah. Setelah empat tahun lamanya harga tembakau di pasaran anjlok, sekarang giliran ratusan hektare lahan "emas hijau" itu tergenang air hujan. Hujan deras yang mengguyur Kota Sampang, pukul 01.00 dini hari, kemarin, membuat ratusan hektare tembakau rusak tergenang air. Akibatnya, ratusan petani mengalami kerugiaan ratusan juta rupiah. Kerugian ini, belum termasuk biaya perawatan dan upah pekerja. "Ya mau apa lagi, Pak. Kalau sudah begini, kami hanya bisa pasrah saja. Padahal, sebulan lagi, tanaman tembakau ini memasuki masa panen," ujar Baikuni, salah seorang petani asal Jalan Rajawali, Kelurahan Karangdalam, Sampang. Berdasarkan pantauan koran ini di lapangan, tanaman tembakau yang rusak parah akibat guyuran hujan deras terjadi di Kecamatan Torjun, Jrengik, Omben, Kedungdung, dan Desa Taddan, Kecamatan Camplong. Sedangkan khusus di Kota Sampang, terjadi di Kelurahan Karangdalam, Gunungsekar, Dalpenang, Polagan, Panggung, Gunung Maddah, Baruh, dan Desa Kamoning. Karena batangnya membusuk, sebagian besar tanaman primadona petani Madura ini roboh ke tanah. Sedangkan daunnya berlubang dimakan ulat. "Kalau satu dua hari ini hujan lagi, tembakau tersebut terancam gagal panen," terang Baikuni. Menurut Kadis Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sampang Ir Rusdi, jenis tembakau Madura dikenal sebagai tembakau kering. Bila sering diguyur hujan, bau dan zat perekatnya bisa tercuci. Akibatnya, daunnya tipis dan berwarna agak kekuningan. "Untuk mempertebal daunnya, biasanya petani memotongi bunga tembakau. Tapi, usaha itu akan sia-sia bila sering diguyur air hujan," jelas Rusdi. Setiap tahun, luas lahan tanaman tembakau di Kabupaten Sampang cenderung menurun. Salah satunya, disebabkan karena harga tembakau dipasaran selama empat tahun terakhir anjlok. Tidak sedikit petani yang mengalami kerugian sampai puluhan juta rupiah. Pada tahun 2003, luas tanaman tembakau mencapai 10.198 hektare dengan total produksi 4.411 ton. Tapi, pada tahun 2004 jumlah tersebut menurun drastis menjadi 7.233 hektare dengan total produksi 2.918 ton. (fiq) Post Date : 06 Juli 2005 |