|
Bekasi, Kompas - Ratusan hektar sawah di kawasan utara Kabupaten Bekasi dalam beberapa hari ini terendam banjir. Hal ini disebabkan hujan yang setiap hari mengguyur kampung itu. Selain merendam sawah dan menyebabkan bibit padi tak bisa ditanam, genangan setinggi 30-50 cm itu juga merendam jalan dan kawasan permukiman. Akibatnya, kerusakan jalan, yang selama ini tak pernah diperbaiki, menjadi lebih parah. Demikian pengamatan Kompas selama beberapa hari terakhir di sejumlah desa di Kecamatan Babelan, Tarumajaya, Tambelang, Sukatani, dan Muara Gembong. Ancaman banjir di wilayah utara Kabupaten Bekasi yang terjadi pada setiap musim hujan tiba itu terutama disebabkan pendangkalan dan penyempitan sejumlah kali yang melintasi kawasan tersebut. Selain itu, saluran air yang mati karena telah berubah fungsi menjadi jalan dan permukiman juga merupakan penyebab dari banjir itu. Akibatnya, air hujan langsung meluap dan menggenangi sawah, jalan, atau pekarangan dan rumah warga. Hari Minggu (15/2), ratusan rumah di Kampung Wates dan Kampung Babelan, Desa Kedungjaya, Kecamatan Babelan, masih tergenang air hingga ketinggian 50 cm akibat hujan yang mengguyur wilayah ini, Sabtu. Lantai rumah warga yang kebanyakan masih tanah itu menjadi sangat becek dan membuat tidak nyaman penghuninya. Warga yang kebanyakan petani juga cemas karena ratusan hektar areal persawahan gagal ditanami. Benih padi yang sudah disemai untuk musim tanam berikutnya hanyut dibawa air. Para petani yang sudah telanjur menanam dan siap panen terpaksa memotong padi lebih awal untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Sejumlah petani yang kehabisan modal terpaksa membiarkan sawahnya begitu saja. Menurut Syarifudin (30), warga Kampung Wates RT 05 RW 02, banjir yang terjadi setiap kali hujan turun itu diakibatkan luapan Kali Sasak yang dangkal dan sempit. Saluran air yang tadinya ada di sepanjang Jalan Raya Babelan hingga Desa Kedungjaya sudah lenyap tertutup jalan. "Hujan sedikit saja, air hujan menggenang di depan rumah. Sudah beberapa hari ini hujannya deras dan lama sehingga air sampai masuk ke rumah penduduk. Mau dibuang juga susah karena air kali tinggi. Akhirnya, warga cuma menunggu air surut sendiri. Tidak nyaman saja di rumah tergenang air," kata bapak dua anak ini. Robihin (60), petani di Kampung Bogor, Desa Pusaka Rakyat, Tarumajaya, mengalami kerugian yang cukup besar karena sawah seluas empat hektar yang digarapnya selama seminggu ini terendam. Benih padi yang disebar di lahan seluas satu hektar gagal tumbuh. Sedangkan tiga hektar tanaman padi yang siap panen roboh karena diterpa angin kencang dan terendam air. "Modal yang sudah saya keluarkan habis semua. Kalau dipanen, paling hasilnya tidak seberapa karena banyak padi yang kosong dan rontok. Saya tidak tahu apakah masih bisa menanam lagi. Dari mana mendapat uang," katanya. Tak heran kalau ia kemudian berharap ada tengkulak yang mau memberi pinjaman uang kepadanya untuk modal bertanam. Ketua Tim Peduli Masyarakat Bekasi Syahid Qurtubi meminta Pemerintah Kabupaten Bekasi segera turun tangan membantu warga wilayah utara yang selalu mengalami bencana sepanjang tahun. "Pada musim kering warga mengalami kekeringan, sebaliknya pada musim hujan kebanjiran," katanya. Jalan rusak Sementara itu, sejumlah warga Kedungjaya dan Babelan kini mengancam akan memblokir jalan raya dari perbatasan Babelan hingga lokasi eksplorasi minyak dan gas Pertamina di wilayah tersebut. Hal ini dilakukan jika Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Pertamina tidak juga bersedia memperbaiki dan melebarkan jalan yang kondisinya rusak parah. Perbaikan jalan yang panjangnya sekitar tujuh kilometer itu sebaiknya tak lagi dilakukan dengan hanya mengaspal kembali bagian jalan yang berlubang-lubang atau amblas, tetapi sudah harus dicor sehingga sanggup dilintasi mobil yang bermuatan 20 ton lebih. "Kesabaran warga sudah habis," kata Ketua Badan Perwakilan Desa Kedungjaya Saibhi Siswanto. Kemarin, warga sudah menancapkan pohon pisang di bagian jalan yang rusak sebagai bentuk protes. (eln) Post Date : 16 Februari 2004 |