|
[TUBAN] Pascabanjir bandang akibat meluapnya Bengawan Solo, hingga Selasa (12/2) pagi masih menyisakan masalah serius. Beberapa jembatan yang semula menghubungkan sejumlah desa di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim) dan Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Jatim masih terputus, juga sebagian jalan belum dapat dilalui akibat endapan lumpur di sepanjang ruas jalan itu masih belum rampung disingkirkan. "Ratusan hektare (ha) areal persawahan di sini sampai pagi ini masih terendam banjir setinggi dada. Jadi ya seperti lautan," ujar H Nurudin (52), warga Widang yang rumah tinggalnya hanya berjarak sekitar dua kilometer utara Jembatan Widang, Tuban. Ditambahkan, sampai Selasa pagi, masih banyak penduduk rumahnya terisolasi akibat genangan banjir Bengawan Solo masih belum juga surut. "Pokoknya sebentar air surut, namun jika sebentar saja hujan turun dengan lebat, banjir tidak lama kemudian datang lagi," ujar Nurudin, pedagang beras yang biasa memasok ke pedagang sembako di Pasar Blimbing, Kota Malang. Dia terpaksa menunda pengiriman beras ke Malang karena masih disibukkan menyelamatkan keluarga dan harta benda miliknya. Demikian pula dengan kondisi di daerah langganan banjir Laren, Lamongan, disebutkan Zaenuri (49), pedagang tahu tek-tek yang baru kembali dari kampung halamannya merantau ke Kota Malang menambahkan, ia nekat kembali ke Malang setelah berhasil naik perahu dari Desa Jabung, Laren ke tepian jalan raya Pantura Lamongan-Surabaya. Istri dan dua anaknya terpaksa diajak serta ke Malang karena kondisi banjir di desanya terus mengancam sepanjang musim penghujan dewasa ini. Baik di Widang maupun di Laren, pascabanjir warga mulai terserang penyakit diare. Penduduk di kedua kecamatan itu tidak dapat berangkat berobat ke puskesmas setempat karena juga ikut dilanda banjir. Petugas pelayanan medisnya juga terbatas karena masing-masing juga disibukkan mengamankan dan menyelamatkan keluarga mereka dari sergapan banjir. Persediaan Obat Jumlah korban banjir Situbondo bertambah satu orang. Sampai Senin (11/2) petang, jumlah korban tewas akibat terjangan banjir bandang 12 orang. Korban yang teridentifikasi adalah Ning, warga Kelurahan Dawuhan, Kecamatan Kota Situbondo. Saat banjir Jumat (8/2) malam lalu Ning kena serangan jantung, kata Solikin, Kepala Dinas Kesehatan Situbondo, di Situbondo, Senin (11/2). Saat ini persediaan obat-obatan cukup karena ada suplai dari pemerintahan provinsi. Jenis obat yang disuplai kepada pengungsi untuk infeksi kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan antibiotik. Tiga hari pascabanjir kebanyakan warga mengeluh gatal-gatal dan pusing karena tidak tidur semalaman. Sementara persediaan sembako menipis. Korban yang dirawat inap di RSUD Situbondo ada sekitar 8 orang, namun tidak ada yang dirujuk di RSUD Dr Soebandi Jember. Sementara itu, dr Arif Wiyanto, Direktur Rumah Sakit Elizabeth mengatakan, sebelum banjir, merawat 42 pasien. Begitu air mulai menerjang, para pasien berhamburan tak tentu rimba. Petugas rumah sakit pun ikut panik. "Saya hitung tak sampai sepuluh pasien yang melewatkan banjir malam itu di rumah sakit," katanya. Banjir menyebabkan tembok rumah sakit jebol, sehingga lubang harus ditutupi dengan pagar seng sepanjang 50 meter dan selesai dikerjakan Minggu siang. RS Elizabeth belum bisa menerima pasien kembali. Kondisi rumah sakit belum memungkinkan. Namun, Wiyanto berupaya agar kegiatan rumah sakit bisa berjalan normal kembali. "Ke depan, kita perlu merenovasi gedung ini menjadi dua atau tiga tingkat. Ini untuk mengantisipasi banjir yang bisa sewaktu-waktu kembali terjadi. Tapi semua tergantung dengan kemampuan anggaran," katanya. Banjir menyebabkan Kantor Mapolres Situbondo terendam air dan lumpur sampai setinggi 2 meter. Aparat pun belum bisa melayani masyarakat. Wakapolres Situbondo, Kompol Gufron mengatakan, seluruh anggotanya dibantu masyarakat berusa-ha membersihkan lumpur yang terbawa banjir bandang ke lokasi Mapolres. Banjir mengakibatkan semua peralatan elektronik dan dokumen-dokumen terendam sehingga tidak bisa dipakai lagi. [ES/070] Post Date : 12 Februari 2008 |