|
Gersang dan panas. Itulah komentar sepintas lalu sebagian besar orang saat ditanya kondisi Benua Afrika. Namun, komentar umum itu tidak seluruhnya benar, terutama jika kita berada di Maroko, khususnya di kota terbesarnya, yaitu Casablanca. Secara umum, Maroko yang berada di barat laut Benua Afrika memang gersang. Apalagi jika kita berada di negara itu pada musim panas yang jatuh bulan Juni-Juli. Selain gersang, angin juga berembus kencang. Kegersangan ini akan terlihat lebih jelas lagi jika menyusuri jalan darat dari Casablanca hingga Marakech yang merupakan kota wisata di negara bekas jajahan Perancis ini. Di kiri-kanan jalan sepanjang sekitar 220 kilometer yang menghubungkan kedua kota itu, umumnya terlihat hamparan gurun pasir. Namun, situasi di atas tidak berarti 32,7 juta warga negara yang dipimpin Raja Mohammed VI tersebut kesulitan air. Di Casablanca, misalnya, air mudah didapat. Bahkan, lima juta warga kota yang bangunannya dipenuhi oleh arsitektur art deco ini dapat langsung meminum air yang tiba di rumah-rumah mereka. Karena itu, nama "perusahaan air minum" di kota tersebut benar-benar dipertanggungjawabkan sebab air yang mereka hasilkan dapat langsung diminum. Berbeda dengan di Jakarta di mana air yang dihasilkan Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM Jaya) lewat dua mitra swastanya, yaitu PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Thames PAM Jaya (TPJ), baru bertaraf air bersih dan belum air minum. Karena itu, air yang mereka hasilkan harus dimasak dahulu sebelum dikonsumsi. Penduduk Casablanca yang merupakan kota terbesar di Maroko juga dapat menikmati layanan air minum selama 24 jam. Jika ternyata pasokan air di rumah mereka terganggu, mereka tinggal menelepon kantor Lydec (Lyonnaise Des Eaux De Casablanca) yang bertugas mendistribusikan air minum di kota itu. Biasanya, kurang dari 24 jam setelah pengaduan, gangguan sudah dapat diatasi. Cepatnya penanganan gangguan ini karena pendistribusian air di Casablanca telah dikontrol dengan sistem komputer yang lumayan canggih. Di kantor pusat Lydec di Angle Avenue, kontrol ini dilakukan dalam suatu ruangan yang di dalamnya terdapat layar berukuran sekitar 6 x 9 meter. Di layar itu tertampang semua jaringan air minum di Casablanca yang merupakan kota dagang di Maroko. Jika terjadi gangguan, di layar itu akan muncul titik warna merah tepat di mana gangguan itu terdapat. Jika letak gangguan dinilai belum jelas, dengan mudah dapat diperjelas dengan menampilkan gambar yang lebih terperinci. "Gangguan dapat berbentuk teknis atau kimia. Untuk gangguan teknis, misalnya air tidak mengalir, dapat diketahui misalnya lewat penurunan tekanan air dalam pipa. Sementara gangguan kimia, seperti kualitas air yang tidak semestinya, biasanya disebabkan oleh tidak pasnya kandungan kimia di dalam air itu," ujar Muna, petugas dari Lydec. Dengan sistem modern ini, bentuk dan letak gangguan dapat diketahui kurang dari satu jam setelah terjadi. Jika yang muncul gangguan kimia, Lydec akan segera menghubungi pemerintah sebagai produsen air untuk memperbaikinya. Pasalnya, semua air yang didistribusikan Lydec berasal dari pemerintah. "Jika kami komplain ke pemerintah, biasanya dalam waktu 24 jam mereka akan segera memperbaikinya," ujar Muna. Sementara jika masalah ditemukan dalam distribusi, Lydec akan mengirim petugasnya untuk segera memperbaiki secara cepat dan efisien. Pasalnya, lewat sistem komputer di kantor Lydec, petugas itu sudah tahu letak kerusakan sehingga hanya perlu memastikan penyebab dan besar kerusakan yang terjadi serta cara memperbaikinya. "Pemantau jaringan pendistribusian air ini kami bangun dengan investasi sekitar 4 juta dollar AS dan beroperasi selama 24 jam dalam sehari serta tujuh hari dalam seminggu," tutur Muna. "Belum," jawab Manajer Relasi Publik PT Palyja Ratna Indrayani saat ditanya apakah PT Palyja sudah memiliki sistem kontrol pendistribusian air bersih seperti milik Lydec. Belum adanya sistem kontrol pendistribusian seperti yang dimiliki Lydec di atas menjadi salah satu hambatan bagi operator air minum di Jakarta dalam memantau kualitas dan kuantitas air yang diterima masyarakat, serta menekan persentase kehilangan air yang sekarang mencapai 51 persen. Bekerja serius Direktur Lydec Rui Sobral menuturkan, pembangunan sistem kontrol pendistribusian air seperti yang dimiliki Lydec sekarang serta sejumlah hal lain, seperti membuka saluran pengaduan konsumen 24 jam dan penawaran berbagai cara pembayaran tagihan, semata-mata dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen. "Kami harus bekerja sungguh-sungguh untuk memenuhi semua target yang ada dalam kontrak kerja sama," ucap Sobral. Sobral menuturkan, Lydec memulai kerja sama dengan Pemerintah Maroko untuk pendistribusian air minum di Casablanca sejak 1997 dan rencananya akan berlangsung selama 30 tahun. "Sekarang jangkauan pendistribusian pelayanan kami baru sekitar 95 persen. Namun, seperti dicantumkan dalam perjanjian, 15 tahun lagi pelayanan kami sudah mencakup seluruh warga Casablanca," tuturnya. Dalam kontrak, lanjut Sobral, Lydec juga wajib memperbaiki jaringan air minum dan setiap lima tahun membuat 45.000 sambungan air sosial. Namun, semua kenyamanan warga Casablanca dalam menikmati pelayanan pendistribusian air oleh Lydec ini tidaklah gratis. Masyarakat tetap dikenai tarif yang besarnya ditinjau setiap enam bulan. Campur tangan pemerintah dalam penentuan tarif ini dimaksudkan agar tidak semena-mena dalam menetapkan tarif. Namun, selain memakai ukuran jelas, juga harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Menurut Sobral, pemasukan dari iuran pelanggan selama ini cukup untuk biaya operasional. Sementara pembukaan jaringan baru memakai dana dari pendaftaran pelanggan baru. Dengan kerja sama dan pembagian tugas yang sehat antara pemerintah dan Lydec, warga Casablanca dapat menikmati air minum dengan tenang. Bagaimana dengan Jakarta? M Hernowo Post Date : 14 Juli 2006 |