Tangerang Selatan, Kompas - Pemerintah Kota Tangerang Selatan semakin kewalahan menangani sampah pasar dan rumah tangga yang menumpuk dalam sebulan terakhir.
Volume sampah terus bertambah dan menumpuk di sejumlah lahan pembuangan sementara karena hingga kini mereka belum memperoleh alternatif tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Setelah ditolak warga sekitar TPA Cipeucang, Serpong, salah satu TPA milik Tangerang Selatan yang selama ini kurang terawat, di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong juga menyatakan tak bersedia menampung 180 meter kubik sampah dari kota pemekaran itu.
”Kamis pekan lalu, petugas yang mengaku perwakilan dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan datang meminta fasilitas agar mereka bisa membuang dan membakar sampah di sini. Namun, Kepala Puspiptek tak mengizinkannya,” kata Koordinator Limbah Air Kotor dan Bersih Puspiptek, Irwan Ariko, di Puspiptek, Serpong, Senin (25/1).
Penolakan ini, menurut Irawan, karena Puspiptek merupakan kawasan vital, yang tidak seenaknya bisa dimasuki orang. Di kawasan ini terdapat tempat penelitian strategis, seperti Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).
Mengacu volume sampah, setidaknya ada satu truk sampah yang akan masuk setiap jam ke kawasan yang dijaga ketat itu. ”Aktivitas ini akan mengganggu. Belum lagi sampah dan air lindi akan mencemari jalan dalam kawasan ini dan bau yang dihasilkan,” kata Irwan.
Ia menjelaskan, pihaknya tak mungkin menerima sampah itu karena selama ini sebagian sampah Puspiptek dan perumahan Puspitek sebanyak satu meter kubik per hari dibuang ke TPA Jatiwaringin, Mauk.
Asisten Daerah II Bidang Pembangunan dan Perekonomian Pemerintah Kota Tangerang Selatan Sudrajat mengaku belum dapat informasi tentang kawasan Puspiptek sebagai alternatif TPA. (PIN)
Post Date : 26 Januari 2010
|